Mohon tunggu...
Triqurniati P
Triqurniati P Mohon Tunggu... Editor - A Full Time Writer/Editor

A wife and a mother of two daughters who enjoy writing and traveling!

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Aku, Baby Blues, dan Cara Kami Mengatasinya!

16 Maret 2020   12:20 Diperbarui: 16 Maret 2020   13:57 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Baby blues". Sebuah kata yang sebelumnya hanya pernah kudengar samar-samar. Siapa sangka -sekitar 6 tahun yang lalu-, aku justru merasakannya langsung. Sedih, kecewa, cemas, dan lelah.. Mewakili perasaanku saat itu. 

Sedih karena ASI-ku belum juga keluar, kecewa karena anakku harus minum air susu selain dariku, cemas karena payudaraku sakit dan membengkak, dan lelah efek kurang tidur yang kualami sejak kehadirannya. Hampir setiap malam hingga jelang terbit matahari, aku menangis sejadi-jadinya jika waktu menyusui tiba. Aku enggan melakukannya, tapi di satu sisi aku merasa kasihan. Apalagi jika mendengar tangisnya. AKU MERASA GAGAL! 

Melihat gelagat ini, suamiku mengambil inisiatif untuk membawaku kontrol sekaligus konsultasi ke dokter kandungan yang biasa merawatku (Alm. Dr. Hasnah Siregar, SpOG). Di sanalah kami tahu bahwa aku mengalami BABY BLUES. Setelah mendengar penjelasan dari dokter dan bagaimana cara mengatasinya, aku kembali mencari informasi tentang baby blues melalui berbagai sumber untuk menambah pengetahuan. Berikut rangkumannya; 

Apa itu sindrom baby blues?

pexels.com
pexels.com
Baby blues adalah perasaan sedih yang mungkin dialami seorang wanita dalam beberapa hari pertama setelah melahirkan. Baby blues juga disebut postpartum (pascamelahirkan) blues. Dilansir dari marchofdimes.org dan helpguide.org, sekitar 4 dari 5 ibu baru umumnya mengalami baby blues. 

Sindrom ini dapat terjadi 2 hingga 3 hari setelah melahirkan dan dapat bertahan hingga 2 minggu. Baby blues biasanya hilang sendiri tanpa memerlukan perawatan apa pun. Namun, jika sindrom ini terjadi lebih dari 2 minggu, sebaiknya Anda segera memberitahukan dokter yang biasa merawat. 

Sindrom baby blues diketahui terjadi karena kondisi hormon yang berubah. Dirangkum dari halodoc.com, penurunan kadar estrogen dan progesteron atau hormon lainnya yang diproduksi kelenjar tiroid dapat menyebabkan si ibu mudah lelah, perubahan emosi, hingga depresi. Selain hormon, kelelahan dan perubahan pola tidur juga bisa menjadi penyebab munculnya sindrom baby blues. 

Baby blues ditandai dengan beberapa gejala, mulai dari kerap merasa sedih dan banyak menangis, emosi labil dan mudah marah, kesulitan tidur dan selalu merasa lelah, kurang percaya diri, hingga muncul rasa takut atau cemas yang tidak beralasan. INGAT! Jika Anda merasa takut yang berlebihan hingga khawatir menyakiti diri sendiri atau si kecil, segera beri tahu dokter Anda. 

Apa itu depresi pascamelahirkan?

Berbeda dengan baby blues, depresi pascamelahirkan merupakan masalah yang lebih serius jadi jangan sampai Anda abaikan. Awalnya, depresi pascamelahirkan terlihat seperti baby blues. Namun faktanya, depresi ini memiliki gejala yang lebih parah dan lebih lama. Gejalanya seperti tiba-tiba menarik diri dari pasangan, tidak bisa menjalin ikatan dengan sang bayi, mengalami rasa cemas berlebih, sulit tidur dan makan, selalu merasa bersalah, hingga memikirkan tentang kematian atau melukai diri sendiri.

Tidak ada alasan pasti mengapa beberapa ibu baru mengalami depresi pascamelahirkan dan sebagian lagi tidak. Tapi, sejumlah penyebab dan faktor risiko yang saling terkait diyakini berkontribusi terhadap masalah ini. Mulai dari perubahan hormon, perubahan fisik dan emosional, hingga belum terbiasa merawat bayi yang berpengaruh pada kurang tidur dan banyak hal lainnya. 

Bagaimana cara mengatasinya?

pexels.com
pexels.com
Menurut dokter saat itu, baby blues biasanya hilang sendiri tanpa perlu perawatan khusus. Di sinilah peran suami dan keluarga menjadi sangat penting. Selain itu, ada juga beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu Anda agar merasa lebih baik, yaitu;
  • Tidur sebanyak mungkin. Pas bayi tidur, daripada main smartphone, biasakan untuk ikut tidur juga ya.
  • Jangan malu meminta bantuan dari pasangan, keluarga, atau sahabat. Beri tahu mereka apa yang Anda butuhkan.
  • Meski sebentar, luangkan waktu untuk diri sendiri. Minta seseorang yang Anda percayai untuk sementara membantu menjaga bayi. 
  • Cobalah untuk terhubung dengan ibu baru lainnya. Bisa dari komunitas tertentu atau orang yang Anda anggap lebih berpengalaman/pernah mengalaminya.

Langkah awal pencegahan?

Percaya atau tidak, menjalani proses kehamilan secara santai namun tetap diiringi dengan persiapan yang matang, baik fisik maupun mental, turut memperkecil kemungkinan terjadinya sindrom baby blues. Oleh karena itu, pada kehamilan pertama kakak ipar (waktu itu) dan adik (saat ini sedang hamil), aku menyarankan mereka untuk menyempatkan diri ber-babymoon ria. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun