Mohon tunggu...
Try Raharjo
Try Raharjo Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Orang Republik

Subscribe ya dan like channel YouTube punyaku youtube.com/c/indonesiabagus

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Begalan, Warisan Budaya dari Banyumas

30 Oktober 2020   21:01 Diperbarui: 2 Juni 2021   14:26 2732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua seniman menampilkan Begalan pada sebuah pesta pernikahan di Purwokerto, Jawa Tengah. | Dokpri.

Baca juga: Warisan Budaya Dunia: Antara Borobudur dan Badaling, Batu Bertutur


Asal Mula Begalan

Dari literatur budaya Banyumas, disebutkan bahwa tradisi begalan muncul dari sebuah peristiwa pada masa pemerintahan Bupati Banyumas R. Adipati Tjakranegara (masa pemerintahan tahun 1832-1864). 

Sekitar seminggu setelah pernikahan putera sulung R. Adipati Tjakranegara yang bernama Pangeran Tirtakencana dengan Dewi Sukesi puteri bungsu dari R. Adipati Wirasaba.

Disebutkan bahwa Pangeran Tirtakencana hendak memboyong Dewi Sukesi menemui orang tuanya di Banyumas yang berjarak sekitar 20 km jauhnya dari Wirasaba.

Setelah menyeberangi Sungai Serayu dengan menggunakan perahu, pengantin yang diikuti rombongan sesepuh dan beberapa pengawal itu di tengah perjalanan tiba-tiba dihadang oleh begal yang mau merampas semua barang bawaan rombongan tersebut. Percekcokan pun terjadi, hingga tak terelakkan lagi terjadi perkelahian sengit melawan begal tersebut.

Setelah beberapa jurus, begal itu akhirnya kalah. Begal itu pun langsung kabur melarikan diri ke dalam hutan.

Semua bernapas lega, perjalanan pun kemudian dilanjutkan kembali. Disebutkan bahwa rombongan kemudian melalui Desa Sokawera dan Desa Kedunguter.

Akhirnya rombongan pun tiba dengan selamat di tujuan. Acara syukuran pernikahan kemudian digelar di Banyumas. Tapi kejadian begalan di perjalanan itu menjadi pelajaran yang tidak dapat dilupakan oleh keluarga, kerabat sanak saudara dan warga masyarakat Banyumas pada umumnya.

Untuk menghindari kejadian serupa terjadi, para sesepuh berpesan agar mempelai tidak boleh ceroboh, hendaknya selalu mendengar pesan-pesan orang yang lebih tua, dengan harapan semoga kedua mempelai dapat selalu terhindar dari aneka marabahaya. 

Dari pengalaman itu terbitlah hikmah pelajaran, dan kreativitas yang kemudian melahirkan seni Begalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun