Mohon tunggu...
Tri Nurdiyanso
Tri Nurdiyanso Mohon Tunggu... Guru - Menjadi manusia sewajarnya

Hanya sebagai manusia untuk mencurahkan apa yang dipikirkan.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Berita Viral Tanpa Fakta sebagai Ancaman Bagi Negara Demokrasi

25 Agustus 2022   22:44 Diperbarui: 25 Agustus 2022   22:52 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sesuatu yang viral seakan-akan menjadi breakthrough seseorang untuk menjadi terkenal. Entah cara mana yang ditempuh, yang penting viral dulu. Konsekuensinya tinggal dilihat nanti. 

Jika itu baik, tinggal dilanjutkan saja. Tetapi kalau bersifat buruk, tinggal meminta maaf atas kejadian tersebut. Hal tersebut sudah menjadi kelaziman di era sekarang. 

Tak hanya masyarakat yang suka memviralkan kejadian atau dirinya sendiri. Media massa pun juga memberikan penggalan judul berita untuk menarik pembaca yang kadang judul dan isinya tidak sesuai sama sekali. "Yang penting viral dulu, fakta nanti saja" seakan-akan berita kehilangan jati dirinya sebagai berita yang sahih.

Berita atau kejadian viral sebenarnya tidak lepas dari peran masyarakat digital (netizen). Tombol 'like' dan 'share' telah memudahkan jari mereka untuk menekan dan mempublikasikan ulang, tanpa ada kroscek fakta berita terlebih dahulu. 

Bagi kebanyakan orang, mencari kebenaran berita di media sosial merupakan hal yang merepotkan dan membuang-buang waktu. Malahan belum tentu mereka membaca keseluruhan isi berita. 

Jika judul berita terlihat menarik dan bombastis, mereka akan share tanpa saring berita terlebih dahulu. Sehingga, berita tersebut bisa naik menjadi viral karena atensi dari netizen sendiri.

Oleh karena itu, media massa demi berlomba-lomba untuk mendapatkan atensi dari pembaca. Mereka menuliskan judul berita yang bombastis dan kadang tidak relevan dengan isinya. Terlebih media tersebut juga mengambil referensi dari media lain,  yang kredibilitasnya masih dipertanyakan. 

Memang tidak dipungkirinya hal ini sengaja dilakukan, karena perkembangan teknologi informasi yang mendorong pertukaran informasi semakin cepat. Media massa kadang melakukan jalan pintas seperti itu.

Dengan melihat kondisi semacam ini, para buzzer semakin tumbuh subur. Tentu buzzer sangat dibutuhkan oleh para elit politik untuk mendapatkan suara di pemilihan umum tahun 2024. Permainan alogaritma  di media sosial telah menjadi ladang subur bagi buzzer dalam membentuk opini publik. 

Dengan tingkat membaca masyarakat yang rendah, sebuah berita bisa dipelintir dari kebenarannya dan untuk menarik simpati, judul dibuat seistimewa mungkin. 

Mereka tentu mendapatkan bayaran tinggi dari tokoh politik dalam menyelancarkan serangan. Terlebih tokoh politik merupakan pemilik media massa, tentu sudah bisa diperkirakan isi berita yang disampaikan seperti apa.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun