Mohon tunggu...
TRI HANDITO
TRI HANDITO Mohon Tunggu... Kawulaning Gusti yang Mencoba Untuk Berbagi

Agar hatimu damai, tautkankanlah hatimu kepada Tuhanmu dengan rendah hati.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Masalah Sekarang Berasal dari Solusi Kemarin

30 Juli 2025   07:31 Diperbarui: 31 Juli 2025   11:00 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilutrasi Transformasi Solusi dan Masalah (Sumber : dokumen penulis)

Suatu kali, mungkin kita terhenyak menyadari bahwa persoalan yang membayangi hari ini sesungguhnya adalah gema atau bahkan pantulan dari keputusan yang kita ambil kemarin.

Respon atas fenomena tersebut bisa beragam. Bisa saja benar-benar terkejut dan menyadari ketidakcermatan ketika mengambil keputusan.

Bisa saja terkejut dengan level biasa-biasa saja karena sudah memprediksi bahwa hal tersebut akan terjadi.

Tapi, bisa juga bisa bersikap benar-benar biasa saja karena beranggapan memang sudah sewajarnya masalah pasti akan dihadapi, apapun keputusan yang diambil sebelumnya.

Namun, terlepas dari apapun responnya, yang paling penting adalah apa dan bagaimana langkah tindak lanjut yang harus dilakukan untuk memperbaiki masalah tersebut.

Jangan sampai terjebak lagi pada siklus semula : keputusan perbaikan yang diambil justru menjadi potensi masalah di kemudian hari.

Judul tulisan ini memang terkesan provokatif. Kalimat judul ini saya kutip dari salah satu bagian dari Buku The Fifth Discipline karya Peter M. Senge yang pernah saya ulas pada tulisan sebelumnya yang berjudul Menjadi Pembelajar Sejati dengan Adaptasi terhadap Keniscayaan Perubahan. 

Idiom "Masalah sekarang berasal dari solusi kemarin," memang terasa ironi. Namun, ketika direnungkan lebih dalam, ungkapan ini menjadi cerminan fenomena yang kerap mewarnai perjalanan hidup kita, baik secara pribadi maupun secara kolektif dalam sebuah organisasi.

Kita seolah terperangkap dalam suatu siklus di mana "solusi" yang kita tawarkan, pada akhirnya, justru menabur benih-benih masalah baru yang jauh lebih kompleks.

Sering kali, fokus kita terpaku pada gejala, alih-alih menelisik dan mengulik akar masalahnya. Kita merasa lega dan mungkin merasa berpuas diri manakala suatu persoalan tampak teratasi. Padahal, yang sejatinya terjadi hanyalah pergeseran beban dari satu bagian sistem ke bagian lain yang lebih luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun