Mohon tunggu...
TRI HANDITO
TRI HANDITO Mohon Tunggu... Guru - Kawulaning Gusti yang Mencoba Untuk Berbagi

Agar hatimu damai, tautkankanlah hatimu kepada Tuhanmu dengan rendah hati.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menakar Peduli pada Masa Pandemi

5 Juli 2020   09:20 Diperbarui: 5 Juli 2020   09:21 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apabila kita sejenak menengok ke belakang, maka ada beberapa memori kolektif masa lalu yang masih kita dengar-baca sampai saat ini, baik melalui literatur sejarah maupun melalui tutur yang disampaikan kakek nenek dan orang tua kita. 

Generasi 1945 memiliki memori kolektif Proklamasi Kemerdekaan dan perjuangan seputar kemerdekaan. Saudara-saudara kita di Surabaya tentu akan menuturkan betapa heroiknya pertempuran 10 November 1945. 

Generasi tahun 1965 tentu akan bertutur tentang pahitnya sejarah bangsa Indonesia karena sesama anak bangsa saling membunuh akibat peristiwa G 30 S/PKI atau Gestok sebagai pemantiknya. Generasi 1998 punya cerita sendiri mengenai perjuangan reformasi 1998. 

Nah, generasi saat ini juga memiliki memori kolektif sendiri: Pandemi Covid 19.

Pandemi Covid 19 menjadi memori kolektif yang kelak akan menjadi catatan kehidupan untuk anak cucu kita. Heroisme para tenaga kesehatan yang berjuang di garda depan melawan Covid 19, para guru-pelajar-orang tua yang mendadak dihadapkan pada pembelajaran daring, para pelajar yang lulus UN dan kenaikan kelas dengan “jalur Corona”, ibadah bersama di rumah, WFH, lockdown, dan kehidupan new normal merupakan sekelumit kisah yang kelak akan menjadi bagian dari memori kolektif tersebut.

Satu hal yang cukup menarik untuk menjadi bahan refleksi adalah aktualisasi saling peduli di tengah-tengah masa pandemi. Apabila kita takar dan bandingkan dengan fenomena sebelum masa pandemi, ternyata peduli telah mengalami metamorfosis yang cukup mendasar. 

Peduli merupakan ungkapan yang erat dengan nilai dan moralitas. Oleh karena itu, peduli kerap digunakan untuk memberikan label baik atau buruk (secara moral) terhadap seseorang atau sekelompok orang. 

Peduli juga menjadi penanda apakah seorang manusia adalah benar-benar manusia dengan segala sisi kemanusiaannya. Sebab, secara realitas ada manusia namun ternyata karena hilangnya rasa peduli terhadap sesamanya menjadi hilang pula sisi kemanusiaannya.

Peduli atau care dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin, coera. Coera pada umumnya disematkan pada konteks hubungan cinta kasih dan persahabatan. 

Care adalah perilaku peduli, pengabdian, perhatian, dan kekhawatiran terhadap seseorang yang dicintai (dalam arti luas) atau terhadap suatu benda yang disayangi. Kata care juga berasal dari kata cogitare-cogitus yang berarti merenung, berpikir, menaruh perhatian, menunjukkan minat, menegaskan sikap, mengabdi, dan perhatian. 

Pendek kata, peduli merujuk pada sikap, sifat, dan perbuatan yang menunjukkan perhatian, saling menyayangi, memelihara kasih sayang terhadap orang atau barang. Orang yang memiliki sikap peduli akan senantiasa khawatir terhadap orang lain atau kelompok orang lain atau sesuatu barang akan menjadi sakit/menderita/rusak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun