Mohon tunggu...
krisnaldo Triguswinri
krisnaldo Triguswinri Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Lahir di Jambi, Sumatra, pada 24 Oktober 1996. Menempuh pendidikan pascasarjana di Daparteman Administrasi Publik, Universitas Diponegoro, Semarang. Memiliki ketertarikan pada bidang kajian filsafat politik, kebijakan publik, ekonomi-politik, feminisme, dan gerakan sosial. Mengagumi para pemikir The New Left: dari Alain Badiou, Michel Foucault hingga Slavoj Zizek.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengaktifkan "Critical Thinking"

21 Desember 2018   22:46 Diperbarui: 21 Desember 2018   23:07 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://blog.toggl.com

Critical Thinking atau berpikir kritis mengandaikan manusia mampu membedakan fakta dan opini. Menjadi kerangka analisis untuk menyelesaikan masalah. Dan mengolah kesimpula demi tercapainya pengambilan keputusan.

Karakter berpikir kritis adalah rasional. Artinya, mampu membaca situasi dengan kejernihan nalar. Memikirkan sesuatu yang tidak dipikirkan. 

Media praksis berpikir kritis adalah komunikasi. Bentuk komunikasi bisa secara verbal (tulis) atau non-verba (bicara) sesuai kebutuhan.

Pertama. Metodelogi berpikir kritis pertama-tama diawali upaya untuk mengetahui topik atau konten pembahasan yang hendak diargumentasikan. Setelahnya, kerangka argumentasi harus berbasis pada kekuatan data atau informasi yang teruji validitasnya. Argumentasi yang general dan terstruktur, berpotensi lebih mudah ditarik menjadi kesimpulan deduktif. Kededuktifan argumen yang dilengkapi objektivitas dan nilai keadilan, sangat mungkin menjadi rasional.

Kedua. Berpikir kritis diformulasikan melalui serangkaian aktivitas logika. Logika untuk mengenali masalah merupakan metode awal untuk menemukan cara untuk menyelesaikan masalah (problem solving). Membangun argumentasi yang tepat untuk menerangkan kondisi logis dari keabstrakan masalah. Mengkoherensikan asumsi-asumsi argumentatif dan melakukan dialektisasi. Mengevaluasi seluruh informasi atau data sekunder maupun primer yang belum tervalidasi. Kemudian berakhir pada penarikan kesimpulan.

Ilmu pengetahuan adalah peralatan utama metodelogi berpikir kritis. Tanpa konstruksi akar pengetahuan, kebersihan berpikir tidak akan dihasilkan. Bila opini berkembang akibat isu, maka penyebab fakta adalah pengetahuan. Fakta bernilai faktual, dapat diukur standarnya. Sedangkan isu bernilai non-faktual, tidak dapat diukur standarnya.

Ilmu pengetahuan yang disempurnakan oleh perangkat metodelogi berpikir kritis, membatalkan kekokohan perkembangan isu destruktif. Oleh karenanya, uji kebenaran atau kesalahan sebuah opini hanya mungkin dibedah oleh pisau ilmu pengetahuan. Kritisime ditumbuhkan dari situ, menajamkan analisis untuk terhindar kepalsuan isu.

Mengaktifkan critical thinking adalah aktivasi akal sehat. apatisme Critical thinking berdampak diakali isu. Keluar dari apatisme, berarti masuk dalam pengetahuan. Pengetahuan hanya mugkin diaktifkan dengan keaktifan ilmu pengetahuan. Bila apatisme berpikir kritis diaktifkan oleh aktivasi akal sehat, artinya kita menolak menyodorkan diri untuk diakal-akali kepalsuan isu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun