Mohon tunggu...
Trifena Amanda
Trifena Amanda Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sel Tumbuhan Hidup Lebih Lama daripada Sel Hewan, Apakah Benar?

30 Agustus 2018   00:43 Diperbarui: 30 Agustus 2018   01:00 1239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketika mendengar kata hewan dan tumbuhan, pernahkah terlintas di benakmu makhluk hidup mana yang punya waktu hidup lebih lama? Apakah hewan? Atau tumbuhan? Mungkin sampai saat ini kamu pun masih bertanya-tanya akan hal tersebut. Berdasar dari opini yang didukung kajian pustaka penulis, mari kita ungkap jawaban pertanyaan tadi!

Fakta yang didapat bila dirunut berdasar sejarah, tumbuhan hidup lebih lama daripada hewan. Dua fosil yang diyakini mejadi bukti tumbuhan tertua yang ada di bumi adalah ganggang merah yang tampak dalam bentuk batuan sedimen dan ditemukan di India Tengah. Fosil ganggang merah tersebut ditemukan oleh peneliti dari Swedish Museum of Natural History dan diperkirakan berusia 1,6 miliar tahun.

Para peneliti dari Swedia tersebut menggambarkan dua fosil ganggang merah, satu berbentuk seperti ulir dan satu lainnya bulat, merupakan awal dari evolusi hewan dan tumbuhan. Sedangkan fosil hewan yang diyakini merupakan fosil tertua adalah fosil kerang laut berumur 405 tahun dari Islandia yang ditemukan oleh tim peneliti dari Bangor University's School of Ocean.

Dari fakta ini dapat diketahui bahwa tumbuhan memiliki waktu hidup lebih lama dibandingkan hewan, yang dengan kata lain menunjukkan bahwa sel-sel tumbuhan memiliki kehidupan yang lebih lama dibandingkan sel-sel hewan.

Bila dilihat dari struktur tingkat organisasi kehidupan, hewan dan tumbuhan termasuk dalam tingkat organisme (individu). Ditelisik lebih dalam lagi, organisme tersusun atas sistem organ, sedangkan sistem organ tersusun atas organ-organ, organ tersusun atas jaringan-jaringan, dan jaringan tersusun atas banyak sel. Lantas apa sebenarnya sel itu?

Seluruh makhluk hidup jika diamati menggunakan mikroskop, baik yang mikroskopis maupun makroskopis, tersusun dari bagian-bagian kecil yang disebut sel. Hal ini juga ditegaskan oleh Irnaningtyas (2017:5) bahwa sel merupakan tingkat struktural kehidupan terendah yang memiliki seluruh sifat kehidupan, seperti reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan, pemanfaatan energi, respons terhadap lingkungan, homeostatis (pengaturan tubuh), serta adaptasi terhadap lingkungan di sekitarnya.

Pada organisme multiseluler, sebagai contoh tumbuhan dan hewan, terjadi kerja sama berbagai jenis sel yang tergabung dan membentuk tingkatan struktural yang lebih tinggi. Sel hewan dan sel tumbuhan memiliki perbedaan pada organela penyusunnya dan tentu berpengaruh pada waktu hidup kedua makhluk hidup tersebut. Berikut paparan penjelasan mengenai perbedaan sel hewan dan sel tumbuhan berdasarkan kajian penulis.

Perbedaan yang pertama adalah sel tumbuhan memiliki dinding sel sedangkan sel hewan tidak memiliki dinding sel. Dinding sel berfungsi sebagai pelindung sel dan pemberi serta pemelihara bentuk kerangka sel. Dinding sel tumbuhan tersusun atas polimer karbohidrat seperti pektin atau polisakarida yang bersifat lengket, selulosa yang bersifat kaku, hemiselulosa, serta lignin. Sebagian besar penyusun dinding sel adalah selulosa. Keberadaan dari selulosa menyebabkan dinding sel bersifat kaku dan menciptakan tekstur sel yang kokoh serta terlihat teratur.

Kondisi ini yang akan membuat tumbuhan dapat berdiri tegak tanpa bantuan kerangka tulang lainnya. Akibat dari selulosa yang bersifat kaku, sel tidak melakukan banyak pergerakan aktif yang akan menggunakan energi di dalam sel karena pergerakan yang dilakukan sel cenderung pasif. Selulosa merupakan salah satu keunggulan yang ada pada dinding sel tumbuhan karena bersifat keras dan kuat. Sel hewan yang hanya memiliki membran sel sebagai pelindung jelas kalah unggul dengan keberadaan dinding sel tumbuhan ini.

Fungsi dinding sel yang lainnya adalah sebagai pengontrol tekanan turgor (tekanan air di dalam sel). Melalui proses yang bernama osmosis, dinding sel akan bekerja sebagai pengontrol tekanan turgor. Menurut Irnaningtyas (2017:31), osmosis adalah proses bergeraknya molekul pelarut (air) dari larutan dengan konsentrasi rendah (hipotonik) ke larutan dengan konsentrasi yang lebih tinggi (hipertonik) melalui selaput selektif permeabel (dalam konteks ini ialah dinding sel).

Bila sel tumbuhan dan sel hewan berada di larutan yang hipertonik (larutan pekat) maka sel tumbuhan akan mengerut dan membran plasma tertarik menjauhi dinding sel (atau disebut plasmolisis) sedangkan sel hewan akan mengerut dan air di dalam sel akan keluar dari dalam sel (atau disebut krenasi). Dalam larutan hipertonik, keberadaan dinding sel belum menunjukkan kelebihannya, namun dalam larutan hipotonik dinding sel akan terlihat keunggulannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun