Di Indonesia, di Belanda, di Jepang, dan bahkan di mana
saja di seluruh dunia, 28 Oktober akan selalu diperingati sebagai hari ’sumpah
pemuda’ dan ini tentu tidak apa-apa. Yang menjadi apa-apa jika hari ini hanya
diperingati saja. Diperingati tentu saja bagus – bahkan sangat bagus – tetapi
jika diperingati saja, tidak lebih dan tidak kurang, maka betapa konyolnya
peringatan ini. Mengapa? Karenanya umurnya paling lama tiga hari. Ya, hanya
tiga hari saja. Hari yang pertama untuk menyiapkan upacaranya. Hari kedua
upacara dan ramah-tamahnya. Sedangkan hari ketiga untuk menikmati kenangan yang
mungkin masih tersisa. Benar-benar sebuah bencaNa jika ’peristiwa yang begitu luar
biasa eh ... umurnya hanya tiga hari saja. < ?xml:namespace prefix = o ns = "urn:schemas-microsoft-com:office:office" />
Â
Sumpah Pemuda adalah sumpah yang luar biasa. Sumpah yang
tidak hanya menjadi cikal bakal bersatu dan merdekanya ini negara, tetapi juga
’soko guru’ yang membuat negara bangsa ini tetap kokoh tegak berdiri dan
berdarma di tengah percaturan dan perubahan dunia. Walau seandainya Sumpah
Pemuda tidak ada, negara ini memang akan tetap merdeka juga, tetapi faktanya
Sumpah Pemuda itu ada. Sumpah Pemuda itu nyata. Pencetus dan para pelakunya
memang telah berpulang semua, tetapi semangat dan tujuannya tetap abadi
sepanjang masa, dan semangat ini terus akan menjadi warna ini negara, warna
para pemuda, warna kami semua.
Â
Catatan ini dibuat tahun-tahun sebelumnya dan telah
dikibarkan di dunia maya untuk mengobarkan semangat kaum tua untuk menjaga apa
yang sebenarnya milik kaum muda. Nah, sekarang, menjelang peringatan hari
Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2012, dan dari negara yang warna dan bentuk
benderanya sama dengan negara kita – kecuali letaknya terbalik saja – kembali
catatan pengobar semangat untuk mereka yang tua-tua
akan dikibarkan. Harapannya tidak hanya di dunia maya
tetapi juga di dunia nyata, catatan ini tidak hanya menggetarkan jiwa tetapi
juga mampu mengubah paradigma jiwa.
Â
Paradigma berkarya dalam semangat menyala-nyala, jujur,
lurus dan terbuka, memang milik semua. Paradigma berkarya yang bernas dan
cerdas, lugas dan tuntas, pikiran terbuka dan hati nurani luas, juga milik
siapa saja. Pemuda memilikinya dan yang tua-tua juga punya. Karenanya silahkan
saja wahai pemuda, teruskan langkahmu, gapai cita-cita, sejahterakan bangsa dan
negara, karena harapan memang milikmu juga.
Â
Tetapi hari ini ijinkan kami yang tua-tua melangkah lebih
cepat, berjalan dengan dada lebih membusung, kepala lebih tengadah, mata lebih
berbinar, dan tekad lebih membaja. Bukan kami ingin mengambil alih peranmu anak
muda – apalagi itu memang tidak bisa – tetapi karena kami ingin berjanji pada
diri kami sendiri, bahwa sudah tiba masanya kami lakukan apa yang kami bisa
untuk kalian para remaja dan pemuda. Biarkan kami yang ucapkan sumpah itu
sekarang, dan biarkan juga kami yang menjalankannya.
Â