Kasidi 240 Mengubah Beban Mengganggu
'Cinta kasih terhadap sesama, dan terutama terhadap kaum miskin, yang bagi Gereja menampilkan Kristus, diwujudkan secara nyata dalam usaha memajukan keadilan.Â
Keadilan takkan pernah tercapai sepenuhnya, selama orang miskin, yang meminta bantuan untuk mempertahankan hidupnya, masih dianggap mengganggu atau suatu beban, dan bukan suatu kesempatan untuk beramal baik, dan peluang guna memperkaya kepribadian.Â
Hanya kesadaran itulah yang akan membangkitkan keberanian untuk menempuh resiko dan mulai mengubah sikap, seperti diperlukan dalam usaha yang serius untuk membantu sesama. Sebab ...'
Inilah penggalan dari kumpulan dokumen yang dihimpun @Dokpen KWI Â (1999:888) yang didasarkan pada Sabda Tuhan sendiri sehingga tidak mengherankan jika akan selalu aktual, cocok, dan boleh dijadikan pegangan. Meskipun kata kuncinya seperti merujuk pada sesuatu yang ada di luar sana - sesama, orang miskin, keadilan - tetapi sebenarnya inti persoalannya selalu merujuk dan menunjuk ke dalam, ke diri sendiri.
Persoalan dan masalah memang banyak di luar sana, tetapi lebih banyak lagi  yang di dalam sini. Manakala seseorang mulai mampu mengubah 'beban mengganggu' menjadi 'peluang melakukan kebaikan' maka pada saat itu pemantik untuk menyalakan lilin dalam ruangan gelap gulita mulai dipegang dan siap menghadirkan cahaya terang.Â
Akan tetapi hal ini sama sekali tidak mudah. Kalau mudah dan setiap orang dapat melakukan maka ketidak-adilan sirna, orang miskin tiada, damai sejahtera meraja di mana-mana tetapi faktanya realita bicara hal yang berbeda. Lalu apakah Tuhan begitu tidak berdaya sehingga yang begini saja tidak bisa?
Kasidi no. 240 dengan tegas berkata tentu saja tidak begitu. Tuhan bisa apa saja, tetapi karena kehendakNya memberi peluang bagi manusia untuk melakukan perintahNya - dengan kerendahan dan kemurahan hati memberi ampunan dan membantu sesama, maka ya beginilah wajah dunia. Peluang berlimpah ayo semua berbagi berkah. Kasidi no. 240 - - tbs-05102016