Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kasidi Nomor 232: Lho Mana Buahnya

1 Desember 2020   08:38 Diperbarui: 1 Desember 2020   08:41 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: usmessageboard.com

Kasidi 232  Lho Mana Buahnya

Ada permintaan seorang anggota kelompok pada Kasidi - yang dipanggilnya 'om' - dan Kasidi no. 232 ditulis sebagai pertanda tidak keberatan setelah ijin dilayangkan pada yang bersangkutan. Malaikat ada di surga dan datang ke bumi manakala Tuhan memerintahkanNya untuk melakukan sesuatu. Manusia ada di bumi dan bisa datang ke surga tatkala Tuhan berkenan dan memberinya ijin. 

Sedangkan Iblis - yang pada awalnya adalah malaikat yang konon tidak taat - bermukim di neraka. Mereka akan datang ke bumi jika ada tugas menggoda dan menguji manusia sedangkan manusia pasti akan langsung dikirim ke neraka jika tidak taat, tidak percaya, dan tidak melaksanakan perintahNya. Ketiganya, malaikat, iblis dan manusia, mempunyai kesamaan dan perbedaan yang mencengangkan. Ketiganya ada, bagi yang percaya tentu saja, semata-mata untuk menunjukkan betapa Tuhan itu mahakuasa dan mahamulia.

Meskipun demikian, hanya manusia yang mendapat berkat dan karunia luar biasa untuk menjadi mahluk yang mempunyai keistimewaan untuk 'bisa digoda dan dicobai' dan untuk 'bisa menolak atau terlena pada godaan yang dilakukan'. Yang oleh Tuhan diberi tugas menggoda dan mencobai adalah Iblis, yang diberi tugas menetralisir godaan adalah malaikat, tetapi keputusan terakhir tetap saja berada di tangan manusia. Ke kanan malaikat gembira, ke kiri iblis tertawa, jika tidak ke mana-mana mungkin yang melihat akan bertanya-tanya 'lho mana buahnya?'

Begitulah hal-hal yang umum dan normal ini terus berlangsung sepanjang masa. Manusia yang gagal terus dan yang kadang gagal kadang berhasil jumlahnya hampir berimbang. Yang berhasil terus hampir-hampir tidak ada. Jika jumlah yang tergoda dan terbuai melonjak tajam, seorang nabi dikirim. 

Begitu berulang kali hal ini terjadi sampai pada akhirnya seorang nabi mahamulia utusan surga dikabarkan oleh para malaikat akan diutus untuk lahir di dunia. Tidak dicatat bagaimana reaksi Iblis saat itu, tetapi karena mandat untuk menggoda dan mencobai manusia tidak dicabut, diperkirakan Iblis tetap gembira.

Tugas mereka masih aman dan bukankah pengalaman selama ini menunjukkan mereka lebih sering menang? Berita yang disampaikan malaikat agung menjadi kenyataan, Tuhan lahir guna mewartakan kabar gembira dan keselamatan. Iblis terus rajin melaksanakan tugasnya sampai pernah lupa dan menggodai Tuhan. 

Akibatnya bukan saja tidak berhasil malah kena marah. Begitulah drama malaikat, iblis dan manusia masih terus berlangsung. Malaikat mati-matian membisikan perintah Tuhan, iblis dengan tak kenal lelah meneriakkan kesenangan dan kehebatan dunia, dan ini memang sudah sesuai dengan 'deskripsi kerja' masing-masing, sedangkan manusia? 

Walau karunia kerendahan dan kemurahan hati sudah ditanamkan sejak seseorang ditenun dalam rahim bundanya, tetapi manakala hak untuk memilih semakin jelas bentuknya, eh suara dan rayuan dari arah kiri lebih banyak didengarkan dan dijalankan.

 Iblis salah jika tidak menggoda, malaikat tidak benar jika tidak mengajak melihat cahaya terang sabda Tuhan, sedangkan manusia yang 'konon' bebas memilih dan memutuskan lalu mengapa tidak selalu memilih cahaya terang dan sinar keselamatan? Aneh, gumam malaikat; ha ha ha apanya yang aneh, seringai iblis. Kasidi 232 - - tbs-29092016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun