Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kasidi Nomor 226: Mengajar dan Mendidik

29 November 2020   11:09 Diperbarui: 29 November 2020   18:24 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
jesuswithoutbaggage.wordpress.com

Kasidi 226 Mengajar dan Mendidik

Siapa saja yang berani mengajar hendaknya tidak pernah berhenti belajar karena pada dasarnya mengajar itu bermakna berkali-kali belajar. 

'Teaching is triple learning', kata ujar-ujar dalam bahasa Inggris. Mereka yang mengajar hendaknya juga menyadari betapa pengaruh dan akibat yang ditimbulkan dapat mewarnai hidup seseorang sepanjang hayatnya. 

Sulit mengetahui dan menentukan kapan pengaruh seorang guru berakhir pada murid mereka. Pengaruh yang kasat mata mungkin bisa, tetapi yang tidak kasat mata siapa yang bisa mengukurnya.

Menyadari hal ini maka sudah layak dan sepantasnya jika seorang guru mencurahkan dan mengerahkan segenap kemampuannya untuk tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik. Mengajar susah tetapi jauh lebih susah mendidik. Padahal dua hal ini harus bersinergi. Ya mengajar ya mendidik.

Akar pengajaran dan pendidikan mungkin memang pahit, tetapi buah pengajaran dan pendidikan yang 'baik' pastilah manis. Itulah yang dulu pernah dikatakan oleh Aristoteles. 

Tuhan sendiri ketika mengajar tidak hanya otoritasnya yang maha tetapi mutu ajaranNya juga luar biasa prima. Gabungan antara ketulusan dan kejeniusan, perpaduan antara wawasan luas dan pengetahuan berkelas, kombinasi antara kepiawaian gaya dan kedalaman materi semesta, membuat ajaranNya tidak hanya menarik tetapi juga abadi dan mengikat semua orang yang percaya. Itu pengajaranNya. Hebat dan luarbiasa.

Lalu bagaimana dengan masalah mendidik? Malah jauh lebih hebat dan luar biasa sebagaimana ditunjukkan dalam keteladanan yang diberikan. Teladan adalah turunan langsung dari pendidikan. Pendidikan yang tak dinyatakan dalam keteladanan adalah pendidikan setengah hati dan pendidikan setengah hati sama sekali bukan pendidikan namanya.

Kasidi no. 226 ingin ikut serta mengingatkan 'insan pendidikan' yang adalah semua orang - benar-benar semua orang dan tidak hanya guru saja - agar sadar sepenuhnya bahwa guru sejati adalah guru yang mengajar dan memberi teladan. Adalah teladan yang sifatnya inspiratif.

Tuhan sendiri telah memberi contohnya. Dia yang mengajarkan tentang memberi ampunan tanpa batas pada sesama dan Dia juga yang meneladankanNya sampai pada akhir hayatnya. Keterampilan dan kemantapan pengetahuan memang harus terus diasah tetapi keberanian memberi teladan harus diutamakan bahkan jika seandainya harus menyangkal diri habis-habisan.

Akhirnya dengan karunia kerendahan dan kemurahan hati yang telah sejak awal diterima semoga APA yang pernah disampaikan oleh Skinner lama berselang dalam 'New Scientist' ada manfaatnya: 'Education is what survives when what has been learned forgotten.'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun