Kasidi 217 Â Itu adalah Cahaya
'Tiba-tiba, di siang hari yang sunyi ini, aku merasakan hantaman di belakang tengkorak kepalaku. Aku mencoba berbalik, tetapi datang pukulan kedua, membuat rahangku terkatup erat-erat. Pukulan ketiga datang begitu kerasnya sehingga kurasakan seperti ada batu karang dihantamkan ke leherku.Â
Pukulan yang ini menjatuhkanku ke tanah. Tetapi aku bersumpah tidak ada pukulan, dan tidak seorang pun menghantamku. Itu adalah cahaya, sebuah cahaya terang yang menjatuhkan kami, menghalangi cahaya menyilaukan dari langit, dan kedua anak laki-laki itu terbaring serendah aku. Sunyi! Tidak ada suara, hanya kami yang mengeluh ketika tersungkur, kami sepertinya anak-anak yang sedang berpura-pura, tetapi kenyataannya kami tidak sedang berpura-pura.'
Kemudian (2009: 78) Wangerin dengan tegas melanjutkan: '... Bumi bergetar. Aku menutup mataku dan tanganku melindungi kepalaku - dan yang terjadi berikutnya sangat mustahil, tetapi benar adanya. Di tengah suara gemuruh itu aku mendengar tiga kata yang sempurna, 'Tis ei, Kyrie?'.
Kasidi no. 217 hanya ingin mengajukan pertanyaan sederhana. Siapa 'Aku' dalam kutipan di atas? Yudas atau Saulus? Semoga kerendahan dan kemurahan hati yang dikaruniakan Tuhan pada kita selalu menjadi suar pemandu langkah.
Petikan kisah ini diambil dari sebuah novel yang didasarkan pada catatan dalam Kisah Para Rasul yang ditulis oleh Lukas. Menurut Kasidi perpaduan antara imajinasi dengan fakta yang diyakini berasal dari sepak terjang Tuhan setelah kebangkitanNya ternyata bisa mengasyikkan juga. Kasidi no. 217 - -- tbs/sdz -20092016