Kasidi 281 Â Gagal Melakukan Hal yang Sama
Dengan kebencian dan dendam membara teriakan orang-orang menggetarkan langit mengabarkan betapa menakutkan jika orang-orang picik berkumpul menjadi satu. Akal sehat, sikap murah hati dan rendah hati, sirna tak tentu rimbanya digantikan oleh marah, benci, dendam kesumat dan naluri liar serta keinginan untuk menghukum dan menumpahkan darah deras mengalir dan mengentalkan nadi dan urat mereka.
Bahkan fakta orang yang didakwa adalah orang yang mewartakan kabar gembira dengan sentuhan tangan dan lidah penuh mukjizat dan kuasa, ternyata malah menambah kobaran angkara dendam membara. Bersalah atau tidak bersalah, itu nomer dua atau tiga. Yang nomer pertama adalah hukum dan bunuh bahkan jika seandainya benar tidak bersalah dan tidak berdosa, biarlah semua kutukan ditanggung bersama dengan anak cucu kami semua.
Benar-benar picik dan bodoh luarbiasa, tetapi itu fakta dan realita yang catatannya tidak hanya menggetarkan jiwa dan mengguncang sukma, tetapi terus saja membuat orang-orang sederhana menggelengkan kepala tanda tidak percaya. Hanya saja yang luar biasa, walau masa, konteks dan pelakunya berbeda, tetapi peristiwa yang hampir sama terus saja terjadi.
Kebodohan dan kepicikan memang bisa diatasi dengan pendidikan semesta jika itu hanya aksesoris belaka, tetapi jika itu inti nurani dan jiwa, ya apa mau dikata. Alih-alih surut lalu reda, biasanya justru makin lama makin membara sebelum akhirnya berkobar menyala-nyala.
Hanya saja inilah hebatnya orang-orang sederhana, kata Kasidi yang naif tetapi selalu riang gembira. Semakin hebat kita dinista, semakin semangat kita melapangkan dada. Semakin dahsyat kita dihina, semakin kuat dikobarkan sikap tenggang rasa. Semakin kerap kita dianiaya, semakin hebat kita berdoa memohon ampunanNya bagi mereka. Itulah hebatnya kita, sayangnya mereka, entah tak bisa entah buta, gagal untuk melakukan hal yang sama.
Kasidi no. 281 -- tbs/sda -05112016