Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kasidi Nomor 289: Benci Tanpa Alasan

27 November 2020   13:02 Diperbarui: 27 November 2020   14:38 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.google.com/search?sxsrf=ALeKk03jzOeR0xMjzBLnzqQEezgBcrGPmw:1606392799355&source=univ&tbm=isch&q=hatred+painting&sa=X&ved=2ahUKEwiimLPBl6DtAhX9FbcAHbRQC74Q7Al6BAgCEEQ&biw=1366&bih=657#imgrc=KhvUMo93ljDmbM

Kasidi 289  Benci Tanpa Alasan

Kasidi tetap yakin bahwa damai dan kasih tertanam dalam lebih banyak hati dibandingkan dengan dendam dan benci, tetapi seperti yang sudah menjadi adat dunia, dua yang terakhir jauh lebih nyata dan terasa tatkala dinyatakan. Lalu apa yang menjadi alasan utama orang seorang membenci satu sama lain? Begitu juga satu kelompok atas kelompok yang lain? Perlakuan tidak adil? Penindasan? Kesenjangan ekonomi? Atau yang ini? Atau yang itu?

Seribu satu macam sebab dapat menjadi pemantik dan pemicu kebencian, bahkan - dan ini yang hebat - kebencian dapat muncul begitu saja dan tanpa sebab. Tuhan pun paham masalah ini itulah sebabnya pesan berikut diturunkan pada semua orang yang percaya: 'Tetapi firman yang ada tertulis dalam kitab mereka harus digenapi: Mereka membenci Aku tanpa alasan.'

Jadi ya jangan heran jika sampai saat ini banyak kejadian 'benci tanpa alasan' terjadi begitu saja. Bahkan dalam kelompok yang sama-sama mengaku percaya, benci tanpa alasan dapat muncul begitu saja. Lalu apa yang harus dilakukan? Sudah ada contohnya dan contoh itu diteladankan langsung oleh Tuhan.

Memaafkan, mendoakan ampunan, dan tidak membalas dengan kebencian. Hebat dan luar biasa bukan? Ya tentu saja. Selamat menghapus semua dendam dan benci dengan kerendahan hati dan kemurahan hati.

Kasidi juga pernah membaca ujar-ujar tentang kebencian dan dendam. Orang yang membenci itu ibarat menyediakan racun mematikan tetapi anehnya racun diletakkan di meja makan tepat di depan dirinya. Sedangkan para pendendam lebih aneh lagi. Racunnya juga diletakkan di meja makan dan disantap perlahan tak berkesudahan. Aneh dan dungu, kan? Maka dari itu agar tidak menjadi aneh dan dungu ya jangan membenci, jangan mendendam. Kasidi no. 289 - -- tbs/sda -13112016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun