Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kasidi Nomor 209: Nasib dan Takdir

27 November 2020   09:18 Diperbarui: 27 November 2020   09:25 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kasidi 209  Nasib dan Takdir

Ketika harus menjelaskan 'nasib dan takdir' penggalan sabda Tuhan berikut digunakan meskipun di dalamnya sama sekali tidak ada dua kata itu sendiri. 'Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekor pun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya.'

Tentu saja ada yang sepakat dan tidak sepakat, dan hal semacam ini lumrah terjadi meskipun kondisi semacam ini tidak mengubah keyakinan yang sudah terbentuk. Lebih jauh ada yang mengaitkan sabda ini dengan kejahatan.

Apakah TUHAN mengizinkan adanya dan terjadinya kejahatan? Jawabnya ya karena kalau tidak maka tidak mungkin sebuah kejahatan dapat ada dan bisa terjadi. Kasidi no. 209 ikut serta menegaskan masalah ini dengan mengutip penjelasan berikut.

Iman memberikan kepastian kepada kita bahwa Allah tidak akan mengizinkan kejahatan jika Dia tidak menyebabkan suatu kebaikan yang datang dari kejahatan itu. Hal ini dilaksanakan oleh Allah dengan cara yang menakjubkan dalam wafat dan kebangkitanNya. Kenyataannya, dari kejahatan moral paling besar dari semuanya, pembunuhan Tuhan, Dia membawa kebaikan yang paling besar dari semuanya yaitu kemuliaan Tuhan dan penebusan kita (2009: 37).

Sama halnya dengan masalah nasib dan takdir. Ada yang percaya bahwa keduanya ditentukan oleh Tuhan, ada yang percaya cuma satu yang ditentukan Tuhan, yang lain murni usaha manusia sendiri, ada juga yang tidak percaya Tuhan ikut campur dalam hal ini.

Sebenarnya tidak masalah mau percaya atau tidak percaya, tapi yang sangat jelas adalah bahwa Sabda Tuhan itu pasti benar, abadi dan mengikat. Nah, yang ini jelas-jelas Sabda Tuhan, bukan? Jadi ya pasti benar.

'Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekor pun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya.'   Kasidi no. 209 -  tbs/sda -13092016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun