Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kasidi Nomor 505 - Butakah Mereka

10 Oktober 2018   10:27 Diperbarui: 14 Oktober 2018   06:11 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://thebalochistanpost.com

Kasidi mencoba kembali menulis buku dan sedang berusaha keras menyelesaikannya. Judulnya 'Butakah Mereka'? Berikut adalah kata pengantarnya.

Mengapa hal yang sudah sangat jelas menjadi kabur bahkan kemudian dianggap sama sekali tidak ada? Tampaknya ini merupakan salah satu keahlian manusia sebagai mahluk perekayasa jempolan. 

Segala sesuatu yang tidak sesuai dan tidak nyaman dilakukan, meskipun sesuatu ini datangnya dari entitas yang diberi label 'maha', perlahan tetapi pasti, dengan beragam cara dan kiat, akan disamarkan peran pentingnya kemudian jika tidak ada yang menanyakan, sesuatu yang sangat penting itu akan dibiarkan begitu saja.

Sejak lama pergumulan masalah sekedar percaya, percaya atau total percaya sudah dianggap bukan masalah padahal tiga level ini sangatlah penting. Percaya saja tampaknya bukan yang dikehendaki apalagi jika hanya sekedar percaya. 

Yang dikehendaki adalah total percaya, percaya sepenuhnya. Pertanyaannya, apakah hal ini bisa dicapai oleh manusia? Inilah masalahnya. Bahkan hal-hal yang sudah tampak jelas, dikaburkan karena masalah percaya yang tidak total. 

Sesuatu yang sudah sangat gamblang dibuat menjadi sesuatu yang samar-samar, bahkan dijauhkan jika dapat dilakukan. Inilah kondisi dasar manusia, dari dulu sampai sekarang, dan bahkan juga nanti.

Konsep total percaya adalah konsep yang luar biasa sekaligus biasa. Luar biasa karena inilah yang dikehendaki oleh Sang Maha, biasa karena inilah yang juga dikehendaki oleh Sang Maha. Hanya saja konsep ini menjadi tidak bermakna apa-apa bagi yang tidak total percaya. Artinya, yang tidak total percaya haruslah berubah menjadi total percaya jika ingin memahaminya. 

Bagi yang tidak percaya tentu saja tidak bermakna apa. Jangankan bagi yang tidak percaya, bagi yang sekedar percaya atau yang percaya saja hal ini tidak bermakna apa-apa. Jadi, hanya pada satu kondisi saja, kondisi total percaya, kondisi percaya sepenuhnya, naskah yang mencoba menghentak pikiran dan menguak hati ini dapat dibaca dengan nyaman  

Salah satu hal yang seharusnya dianggap paling penting, karena menjadi dasar dari semuanya adalah Sabda Allah. Lalu di mana Sabda Allah dapat ditemukan? Setelah ditemukan, lalu bagaimana dapat yakin bahwa itu benar-benar Sabda Allah? 

Setelah yakin bahwa itu benar-benar Sabda Allah lalu bagaimana dapat ditaati sepenuhnya karena total percaya? Setelah ditaati sepenuhnya lalu bagaimana Sabda Allah itu selalu menjadi landasan dalam melakukan semua hal, sementara realita menunjukkan bahwa Sabda Allah itu cuma satu sementara sabda manusia jumlahnya hampir tidak terhitung?

Pertanyaan ini masih dapat diteruskan dengan beragam modifikasi, tetapi apapun modifikasinya yang paling aman adalah menyandarkan rasa total percaya bagi satu Sabda Allah yang ditemukan dan pada banyak Sabda Tuhan yang harus diterima sebagai sesuatu yang benar, abadi, mengikat, lintas waktu dan lintas konteks, karena keberadaannya direferensikan oleh satu-satunya Sabda Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun