Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kasidi Nomor 145 - Hamba Kok Berkuasa

17 Juni 2018   13:55 Diperbarui: 3 Maret 2022   17:41 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: thefools.org)

Ada tiga pertanyaan yang tidak hanya sekedar retorika, tidak hanya sekedar dijawab 'Ya, saya mau' ketika ditanya, melainkan hendaknya benar-benar diamalkan. 'Maukah saudara-saudara menjadi penyalur misteri Allah melalui perayaan Ekaristi dan perayaan liturgi lainnya serta menjalankan tugas suci mengajar dengan mengikuti teladan Tuhan sebagai kepala dan gembala dan bukan sebagai orang yang ingin harta benda melainkan semata-mata karena hasrat menyelamatkan sesama?' adalah pertanyaan ketiga, pertanyaan yang mungkin lebih penting dari pertanyaan kedua dan juga pertanyaan pertama.

Hasrat menyelamatkan sesama adalah kata kuncinya. Jadi siapa saja, entah yang menerima Sakramen Imamat khusus, entah para pendosa yang menerima Sakramen Imamat umum, haruslah mempunyai hasrat yang terus menyala dan berkobar untuk menyelamatkan sesama. Inilah salah satu perintah hebat dari Tuhan yang berhasil dirumuskan dengan apik oleh 'para pujangga gereja' yang kemudian menjadi pertanyaan mistis yang perbawanya mampu menembus kalbu.

Tentang hasrat yang boleh ada, hendaknya hanya satu. Hasrat hendak menyelamatkan sesama, bukan hasrat untuk mencelakakan. Hanya hasrat ini yang boleh ada. Ini dapat diterima, walau kadang ya sulit juga mewujudkannya. Yang lebih sulit adalah memastikan bahwa hasrat mulia ini tidak menjadi 'tidak mulia dan bahkan bencana' tatkala dilaksanakan. Alih-alih menghasilkan sesuatu yang menyelamatkan, malah 'bencana iman' yang muncul tatkala hasrat ini dilaksanakan. Yang lebih parah lagi, tatkala 'bencana iman' muncul, si pemicu bukannya mengerahkan setiap potensi dan upaya yang ada 'untuk mencari satu domba yang hilang ini' tetapi justru lebih asyik dengan kawanan domba yang tidak hilang, kawanan domba yang ada, kawanan yang jauh lebih banyak, kawanan yang di kandang.

Dari sudut pandang akal sehat, langkah semacam ini rasanya benar dan rasional. Mengapa harus merisaukan satu domba yang hilang, dan mengorbankan serta mengabaikan kepentingan ratusan dan ribuan domba lain di dalam kandang? Tetapi perintahNya bukan mengikuti jalan pikiran kita, melainkan jalan pikiran Tuhan, dan Dia dengan tegas mengatakan akan meninggalkan kawanan domba yang di kandang untuk mencari satu yang tersesat. Sudahkah ini dilakukan oleh mereka yang baru saja menjawab lantang 'Ya, saya mau' itu?

Entah mengapa Kasidi tidak berani dengan menjawab dengan mantap. Terlalu banyak retorika percaya memenuhi udara, sementara tindakan nyata yang benar-benar nyata bagi si pendosa hina seringkali hanya seperti fatamorgana. Seperti ada tetapi sama sekali tidak nyata. Ada beragam dalih dan rekayasa dapat dipilih untuk memuaskan hasrat yang berbahaya ini, belum lagi perasaan merasa lebih berkuasa. Hamba dan pelayan kok berkuasa? Bukankah ini benar-benar bertolak belakang dengan perintah Tuhan?  Kasidi no. 145 - 087853451949 -- SDA17042018 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun