Beberapa saat setelah berita bom meledak di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel, Surabaya, terkonfirmasi oleh sejumlah media utama, Kasidi menulis catatan berikut.
Kasidi bukan korban tetapi hatinya sedih, pikirannya yang 'ndeso', sederhana dan tidak aneh-aneh, heran luar biasa. Mengapa ada sejumlah orang yang berani melakukan tindakan bunuh diri tetapi takut melakukannya di tempat yang sepi dan sendirian? Apakah orang-orang semacam ini dalam keadaan tidak sadar karena dipengaruhi obat-obatan sehingga tindakan mereka  tidak rasional dan tidak masuk akal? Perlu dilakukan investigasi menyeluruh.
Kemudian dua ledakan di dua Gereja Kristen di dua lokasi, menyusul terjadi dan terkonfirmasi. Kasidi kembali terperangah. Lebih terperangah lagi ketika di Jawa Barat sejumlah orang diduga pelaku teror ditembak dan ditangkap. Wah bagaimana bisa di negara tercinta ini ada banyak terorisnya? Apakah ini karena Kasidi yang terlalu naif sehingga tidak tahu kalau mereka ada itu ataukah mereka dan dalangnya begitu banyak dan hebatnya sehingga mampu bersembunyi tanpa terdeteksi?
 Kemudian, hal lain yang mencengangkan,  semua misa sore di seluruh Gereja Katolik di Surabaya ditiadakan. Apakah para Romo dan umat takut pada teror? Tidak. Lalu? Bukan karena takut, melainkan karena perintah Uskup Surabaya. Apakah Uskup Surabaya takut? Tentu saja tidak. Lalu? Tentu karena himbauan aparat keamanan. Kemudian pertanyaan lain muncul di kelompok kecil. Lho, kalau larangan Uskup untuk kota Surabaya, kok gereja di kota lain juga ikut-ikutan meniadakan misa sore? Kasidi hanya bisa berbisik, sudah jangan rewel-rewel, ikuti saja instruksi, berdoa, dan jangan pernah merasa takut karena Tuhan selalu menyertai yang total percaya. Kasidi no. 458 - 087853451949 - SDA13052018