Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kasidi Nomor 446 - Iman yang Egois

5 Maret 2018   09:52 Diperbarui: 5 Maret 2018   10:27 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Catatan bagaimana Tuhan pernah merasa sangat sedih dan gentar telah lama banyak dibaca orang dan mungkin telah lama juga dipahami. Banyak hal dapat ditarik dari catatan ini dan salah satu di antaranya adalah 'jika Tuhan saja bisa merasa sedih dan gentar, lalu mengapa kita yang bukan Tuhan takut untuk merasa sedih dan gentar?' Sedih dan sejenisnya, gentar dan sejenisnya, adalah hal yang biasa dan bisa dialami oleh manusia, tidak terkecuali Kasidi yang akhir-akhir ini malah hampir setiap hari dalam rangkaian tanpa putus, sedih dan gentar datang silih berganti.

Untungnya, seperti yang diteladankan oleh Tuhan yang total percaya dan menyerahkan semua pada rencana dan rancangan BapaNya, Kasidi yang sering ngawur ini ternyata hampir mampu menyerahkan segalanya sesuai dengan kehendakNya. Jadi, semuanya menjadi tidak masalah.

         Pertanyaan berikutnya, apakah Tuhan itu egois? Salah satu definnisi resmi versi Pusat Bahasa untuk kata egois adalah 'orang yang selalu mementingkan diri sendiri'. Berdasarkan definisi ini, pertanyaan apakah Tuhan itu egois, dapat diubah menjadi 'apakah Tuhan selalu mementingkan diriNya sendiri?' Ini pertanyaan yang sulit dijawab, tetapi apapun jawabannya dan apapun juga argumennya, yang pasti Tuhan punya pemikiran dan rancangan dan kehendak dan keputusan yang didasarkan pada kehendak dan otoritas yang dimilikiNya, dan bukan ditentukan oleh yang lain. Jadi kalau dikatakan Tuhan itu 'egois' tampaknya ada benarnya, bahkan pada hal-hal tertentu Tuhan justru menjadi 'mahaegois' meskipun pada kejadian yang lain dapat saja Dia berperan sebagai yang 'mahatidakegois'. Itulah Tuhan.

         Lalu bagaimana jika label 'egois' ini dilekatkan pada 'iman', seperti yang dilakukan oleh seorang teman yang memilih tema 'Iman yang Egois' untuk sebuah pertemuan kecil saat dia akan menjadi nara sumbernya? Pada awalnya Kasidi yang sederhana ini berpikir 'ah, mungkin teman ini tidak paham benar apa makna kata 'egois' sehingga dilekatkan pada 'iman', tetapi di lain kejab Kasidi berpikir kemungkinan lain. Jangan-jangan benar sekali bahwa iman kita saat ini sangatlah 'egois', sangatlah mementingkan dirinya sendiri, sehingga Tuhan yang sangat jenius itu jauh-jauh hari sudah mengingatkan bahwa pada dasarnya kita tidak memiliki iman, benar-benar tidak memiliki, dan cuma atau hanyalah merasa memiliki? Kasidi juga menduga apakah karena iman kita yang terlalu egois ini maka di mata Tuhan nyaris semua orang dianggap tidak mempunyai iman bahkan yang sekecil biji sesawi saja? Yah semoga tidak demikian adanya. Kasidi no. 446 -- SDA05032018 - 087853451949 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun