Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kasidi no. 413 - Tuhan Tidak Seperti Wifi

12 Oktober 2017   10:46 Diperbarui: 12 Oktober 2017   11:02 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang teman mengunggah yang berikut dalam sebuah kelompok WA. Jelas unggahan ini bukan karya pribadinya, dan bukan pekerjaan mudah melacak siapa orang pertama yang mempunyai gagasan menganalogikan Tuhan dengan sesuatu itu.

     Kasidi yang tertarik, spontan memberi tanggapan berikut:  'he he he ... sebuah analogi yang lumayan dan boleh juga meskipun tentu saja tidak tepat karena dalam dunia nyata ada banyak 'wifi' tersedia dengan gratis dan tidak perlu 'password' segala, jadi asal 'smartphone' dalam posisi auto, masuk dalam jangkauan area, wifi terhubung dengan sendirinya ... apalagi Tuhan tidak seperti Wifi, Dia jauh lebih dari itu ...'

Sebagai sebuah perbandingan antara dua hal dengan tujuan untuk lebih mudah menerangkan atau menjelaskan sesuatu, analogi -- sama dengan perumpamaan -- tentu saja menarik meskipun selalu ada kelemahan dalam analogi. Perbandingan yang dimaksud adalah perbandingan antara sesuatu yang kurang diketahui atau bahkan tidak diketahui dengan sesuatu yang dianggap diketahui atau lebih diketahui. Dalam kasus analogi di atas, Tuhan yang dianggap kurang jelas dan kurang diketahui dibandingkan dengan Wifi yang dianggap lebih jelas dan lebih diketahui.

Lalu bagaimana bagi orang yang kondisinya untuk Tuhan ya tidak jelas dan tidak benar-benar diketahui, sedangkan untuk Wifi kondisinya sama saja, tidak jelas dan tidak benar-benar diketahui. Perbandingan yang semacam ini biasanya bukannya lebih menjelaskan tetapi justru lebih memburamkan. Yang tidak jelas setelah dibandingkan eh malah semakin tidak jelas, karena pembandingnya juga tidak benar-benar diketahui dengan jelas.

Tuhan sendiri, untuk menjelaskan siapa Dia, apa misiNya, apa tugasNya, dan apa yang ingin disampaikanNya, dengan tegas menyatakan:

'Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.'

Jadi alangkah akan hebat dan luar biasanya jika seseorang mengedepankan sikap rendah hati dan murah hati, sehingga darinya dijauhkan dari sikap merasa telah paham apa yang dikehendaki Tuhan. Tuhan itu ledih dalam dari dasar samudera, lebih tinggi dari langit, lebih luas dari alam semesta, jadi rasanya memang akan terlalu 'pongah sekaligus pandir' jika ada orang merasa mengerti Tuhan dan mengerti kehendakNya lalu sebentar-sebentar ditambahi dengan 'gaya mengatur Tuhan'. Kasidi no. 413 -- XZSS12102017 - 087853451949  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun