Mohon tunggu...
Triayu Alami
Triayu Alami Mohon Tunggu... Diplomat - Belajar menulis

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sibuk Urus Sekolah Daring Anak, Lupa Bakat Mereka

14 September 2020   08:30 Diperbarui: 20 September 2020   06:31 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai sobat... gimana nih pengalaman kalian yang punya adik atau ponakan yang lagi sekolah daring. Kira-kira bagaimana metode pembelajaran nya? Yang pasti tidak seefektif ketika hari normal dulu ya...

Saya mau cerita sedikit nih..  ketika liburan kuliah kemarin saya menemani adik sepupu dan juga keponakan sekolah daring. Mereka kelas 4,5,6 di bangku Madrasah Ibtidaiyah, tiap hari mereka datang kerumah saya mulai pukul 08:00 sampai selesai. Tiap menemani mereka selalu berantem karena mereka nggak mau duduk manis untuk langsung mengerjakan tugas dan menonton video pelajaran yang diberikan guru. 

Suatu ketika ada pelajaran matematika dan ada tugas bab persen untuk anak kelas 4 awalnya saya membantu untuk menjelaskan sedikit tentang bab tersebut kemudian saya berikan kesempatan untuk mengerjakan mandiri baru diakhir akan saya koreksi. Ditengah-tengah ia mengerjakan saya selalu tanya “bagaimana? Sudah bisa? Kalau masih bingung di buku ada contoh yang mirip coba lihat di situ”.  Saya lihat dia masih belum mengerjakan sama sekali, dia bilang kalau tidak bisa. 

Tapi tetap saja saya menyuruhnya untuk terus memperhatikan contoh-contoh yang ada di buku supaya dia tetap berusaha. Karena hari sudah mulai siang, dan harus menemani 3 anak yang masing-masing anak memiliki tugas banyak, sehingga pada akhirnya saya mulai membantu mereka satu persatu mana yang belum bisa dan keponakan saya yang kelas 4 ini menyerah dengan tetap bilang tidak bisa, dia terus menunggu saya sampai membantunya.

Singkat cerita saya membantunya, saat saya bertanya perihal perkalian, entah dia memang belum hafal atau sedang buru-buru karena waktu deadline semakin dekat, dia tidak bisa menjawab. Tanpa saya sadari tiba-tiba nyeletuk dari mulut saya “kamu masih belum hafal perkalian? Perkalian 4 aja kamu masih belum bisa? Mulai besok harus hafalan perkalian, pokoknya kamu harus bisa, di buku itu sudah ada contoh yang sangat jelas tadi kan saya sudah bantu jelaskan tapi kenapa masih tidak bisa?”. Belum lagi masalah anak kelas 5 yang mendapat tugas membuat aksara jawa dalam pelajaran bahasa jawa. Dengan nada agak tinggi saya berkata, dibuku sudah ada contoh aksara jawa nya kamu tinggal nyambung kata saja  mengapa tidak bisa?”.

Kemarahan seperti itu yang saya sesali untuk beberapa hari ini setelah kemarin mempelajari bakat di matakuliah Pengembangan Bakat dan Kreativitas Anak.Yang saya sesali adalah mengapa saya harus memarahi mereka, kalaupun mereka masih belum bisa seharusnya saya mengajarinya dan memberikan kesempatan untuk mereka terus belajar. 

Karena mereka tidak bisa bukan berarti mereka bodoh namun mereka tidak bisa karena perlu belajar lagi. Yang saya renungkan dalam kejadian tersebut, harus nya saya bisa berfikir bahwa anak memiliki kecerdasan yang berbeda beda juga memiliki bakat yang berbeda-beda. Mungkin mereka memang tidak pandai dalam satu pelajaran tapi mereka berbakat dalam satu hal lainnya. 

Seperti misalnya keponakan saya yang kelas 4 ini memang kurang bisa dalam pelajaran menghitung tapi dia sangat pandai menari, tanpa harus ada yang mengajarinya pun dia pandai menari. Harusnya kita tetap mengajari nya berhitung dengan sabar dan bertahap selain itu kita juga harus menyalurkan bakatnya itu.  

Pada faktanya, mengapa kita sering memarahi mereka yang belum bisa  dalam satu pelajaran, mengapa kita tidak melihat bakat yang mereka miliki, mengapa sampai sekarang kita hanya memikirkan keunggulan anak-anak dibidang akademi? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang sedang saya renungkan. 

Anak sukses dimasa depan tidak ditentukan dari bidang akademi saja kan? Bukankah orang tua terlalu egois jika terus menuntut anak harus juara dibidang akademi? padahal sebenarnya mereka juga bisa juara di bidang bakatnya kan?. Banyak orang tua yang kurang bangga dengan bakat yang dimiliki anak, seperti bakat bernyanyi, bermain basket dan lainnya. Mengapa orang tua tidak bangga dengan bakat itu? Itu kan juga prestasi apalagi kalau orang tua mendukung, bisa saja anak tersebut menjadi superstar dan atlet kan?

Setelah membaca cerita diatas, tentu saja kita semakin yakin bahwa bakat itu juga penting untuk anak. Bidang akadami juga diperlukan namun alangkah lebih baik jika orang tua dapat mengetahui bakat anak dan menyalurkan nya. Pada dasarnya prestasi didapatkan tidak hanya dari bidang akademi namun juga bisa didapatkan dari bakatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun