Mohon tunggu...
Trian Ferianto
Trian Ferianto Mohon Tunggu... Auditor - Blogger

Menulis untuk Bahagia. Penikmat buku, kopi, dan kehidupan. Senang hidup nomaden: saat ini sudah tinggal di 7 kota, merapah di 5 negara. Biasanya lari dan bersepeda. Running my blog at pinterim.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Benarkah Tradisi Patroli Membangunkan Sahur Ada di Semua Daerah?

1 Mei 2021   22:48 Diperbarui: 1 Mei 2021   23:01 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tradisi membangunkan sahur di Indonesia | Dok. diambil dari comunicalba.com

Namun berbeda dengan kawasan yang masih tergolong kampung tradisional. Anak-anaknya masih all out melakukan aktivitas membangunkan sahur yang khas: keliling kampung melalui gang-gang sempit sambil memukuli tetabuhan dan teriak 'sahur-sahur'.

Di kampung tempat saya pernah tinggal dulu, aktivitas mereka kadang tidak full juga dalam satu bulan. Di akhir-akhir bulan biasanya agak bolong-bolong. Entah mengapa alasannya, mungkin sudah mulai malas atau tidak kuat begadang lagi.

5. Kota Pangkalpinang

Di kota ini juga terdapat tradisi membangunkan sahur dengan cara berkeliling dan memukul tetabuhan. Rasanya juga mirip dengan di tempat lain. Mereka standby di masjid selepas tadarus, dan mulai menjalankan aktivitas sekitar jam tiga dini hari.

Memang aktivitas ini kental terasa di masyarakat perkampungan, namun agak terbatas di kompleks-kompleks yang berisi para mendatang. Biasanya anak-anak kampung yang sesekali melewatkan rute patrolnya ke kompleks perumahan kami. Kadang juga tidak terdengar mendekat dan hanya sayup-sayup terdengar di kampung sebelah.

Yang jelas, terdengar juga 'ritual' membangunkan sahur dari toa masjid di beberapa tempat.

6. Purwokerto (Kecamatan besar bagian dari Kabupaten Banyumas)

Saya tinggal di kompleks perkampungan di sini. Situasi dan nuansa masyarakatnya sungguh guyub. Di kala ramadan, aktivitas anak-anak yang berpatroli membangunkan sahur juga ada. Mereka rutin dan menjelajahi setiap gang-gang sempit yang ada.

Masyarakat juga tidak merasa terganggu dan malah terbantu dengan tradisi ini. Bahkan ada kejadian unik, salah satu anak tetangga kami yang sebenarnya bukan beragama muslim, ikut serta berkeliling untuk membangunkan sahur bersama dengan kawan-kawan muslim lainnya. Saya dengar, orang tuanya juga mendukung dan menganggap bahwa tradisi ini juga bagian dari keseruan yang perlu diikuti oleh anak mereka.

7. Kota Bengkulu

Di sini, saya tinggal di perumahan padat penduduk. Konon termasuk perumahan tertua yang ada di Kota Bengkulu. Di sini juga terdapat tradisi membangunkan sahur yang dilakukan anak-anak dengan berkeliling dan memukul tetabuhan. Uniknya, baru di sini saya mendengar ada semacam 'lagu dan irama' default yang mereka dendangkan.

"Bangunin sahur diomelin... Gak dibangunin kesiangan... Sahur sahur.. sahur sahur... sahuurr.. yuk kita sahuur...," dengan segala modifikasi dan variannya.

Jadi, saat viral salah satu artis yang merasa terganggu dengan adanya proses membangunkan sahur memakai toa, kemudian dinarasikan bahwa anak-anak itu membuat lirik sindiran kepada artis tersebut, sebenarnya agak misleading. Sebab lirik tersebut sudah lama dipakai untuk membangunkan sahur. Tidak terkhusus setelah adanya keramaian yang dipantik oleh artis tersebut.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun