Mohon tunggu...
Touvan Coco
Touvan Coco Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Unida

hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisa konflik Etnis Rohingya dan Rakhine Dalam Teori Liberalisme

30 September 2022   15:14 Diperbarui: 30 September 2022   15:24 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengungsi Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh, 14 Seotember 2017. (Foto: Reuters) 

Berdasarkan Publikasi yang di keluarkan oleh CNN Indonesia Konflik menjadi rumit karena pemerintah Myanmar mengklaim bahwa etnis Rohingya adalah imigran dari Bangladesh ketika Myanmar dan Bangladesh berada di bawah kekuasaan kolonial Inggris. 

Perang Inggris dengan Burma berakhir pada tahun 1826, ketika Inggris menerapkan kebijakan imigrasi terbuka ke tempat yang sekarang disebut Rakhine. 

Banyak orang India Selatan sebagai rentenir yang direkrut oleh Inggris untuk membantu menjalankan pemerintahan Inggris di Rakhine, rentenir itu dikenal dengan Chettiars, Chettiar itu mengambil banyak tanah milik petani Burma karena para petani itu belum membayar hutang mereka. 

Dan juga ada etnis lain di dalam India Selatan seperti karen, Chin dan Kachin. Hal ini menimbulkan rasa benci bagi penduduk Burma sehingga serangan terhadap imigran asal India oleh rakyat Burma di lancarkan sampai menimbulkan kericuhan yang menewaskan 12 orang dan 88 orang terluka, dari kebencian ini berubah menjadi sentiment anti-islam yang bertempat di kota Rangoon. 

Selain itu pada tahun 2012 terjadi kekerasan terhadap Rohingya hal ini bersumber dari tiga orang pemuda muslim yang merampok, memerkosa, dan membunuh seorang Wanita Budha di Rakhine, namun seorang dokter bersaksi bahwa tidak ada bekas pemerkosaan dan ternyata ada dari salah satu dari tiga orang tersbut beragama Budha, hal ini di laporkan dari Democratic Voice of Burma. 

Tidak sampai di situ pada tahun 2016 kerusuhan kembali terjadi dan lebih parah dari sebelumnya yang mana tercatat lebih dari 1.000 bangunan perumahan milik Rohingya di bakar habis Berdasarkan Data ini menurut Teori Realisme, dalam kasus Rohingya bisa di Analisa bahwa dalam serangan ini etnis Rohingya sesuai dengan variable  teori Realisme, yaitu konsep National Interest atas Rakyat Burma yang ingin memerangi rezim Kolonial Inggris dengan dalih Agama dan etnis Rohingnya bukanlah bagian dari Myanmar, dan Masyarakat Burma juga ingin mengusir Etnis lain selain Masyarakat Burma yang sudah ada di Myanmar.

Menurut Charney, kata "Rohingya" mengacu pada Muslim Arakan yang tinggal di Rohang, yang sekarang dikenal sebagai Rakhine. Sebutan atas diri mereka sendiri “Rooinga” yang berarti Rahma (Rahmat) yang di ambil dari Bahasa Arab. 

Dan juga keberadaan etnis Rohingya di Myanmar didokumentasikan pada abad ke-18 oleh seorang Inggris bernama Francis Buchanan-Hamilton yang menyebutkan keberadaan komunitas Muslim di Arakan. Rohingya dicap Sebagai imigran ilegal dan pekerja ilegal lintas perbatasan dari Bangladesh. 

Sehingga mendapatkan deskriminasi yaitu tidak mendapatkan hak-hak kemanusiaan seperti layanan Pendidikan, kesehatan bahkan mereka sering tidak mendapatkan pekerjaan yang layak bagi etnis rohingnya di Myanmar Inti dari salah satu konflik tahunan Myanmar adalah klasifikasi etnis antara minoritas Rohingya dengan etis Rakhine, Rohingya yang masih dianggap sebagai imigran ilegal di Myanmar dari 1948 (sebelum kemerdekaan). 

Pada 29 Juli 2012, Presiden Myanmar Thein Sein menyatakan di Al Jazeera bahwa Myanmar tidak dapat memberikan kewarganegaraan kepada kelompok Rohingya, yang dianggap. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun