Mohon tunggu...
dabPigol
dabPigol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Nama Panggilan

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Mampukah BRT Menjawab Tantangan Zaman?

27 Januari 2019   05:48 Diperbarui: 27 Januari 2019   06:05 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suroboyo Bus @idn.times

Kemacetan bukan lagi masalah klasikal di kota-kota besar saja. Hampir semua kota penyangga merasakan dampak meningkatnya volume kendaraan bermotor, terutama kendaraan pribadi yang jumlahnya kian bertambah tanpa mampu diiringi peningkatan kapasitas jalan.

Apalagi dengan adanya keputusan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) DP 0% ,  kemudahan mendapatkan kendaraan bermotor roda empat semakin terbuka. Dampaknya tentu akan menambah beban kota yang semakin sarat kemacetan dan kesemrawutan.

Sementara itu, transportasi umum massal baik bus maupun kereta api belum mampu menjadi solusi terbaik bagi masyarakat perkotaan. Baik di Jakarta, Surabaya, Medan dan sejumlah kota besar lainnya di Indonesia. 

Kehadiran BRT (Bus Rapit Transit) sebagai solusi alternatif tengah menjadi trend global. BRT adalah moda transportasi massal berbasis bus yang mempunyai desain, pelayanan dan infrastruktur yang dikustomisasi untuk meningkatkan kualitas sistem dan menyingkirkan hal-hal seperti penundaan kedatangan dan keberangkatan yang sering ditemui pada sistem bus biasa.

Menurut ITDP  (Insitute for Transportation Development Policy), BRT menawarkan mobilitas, biaya terjangkau, jalur khusus, halte yang tertutup, sistem pembayaran di halte bus dan sistem informasi yang baik bagi penumpangnya.

Berkaca pada pengoperasian Trans-Jakarta sebagai pionir BRT di Indonesia, Kota Surabaya telah meluncurkan Suroboyo Bus (SB) sebagai BRT pada April 2018 lalu. Sampai dengan awal tahun 2019 ini, Pemerintah Kota yang dipimpin perempuan perkasa, Tri Rismaharini telah mengoperasikan 10 bus (BRT) berbayar sampah plastik (gelas dan botol kemasan air mineral).

Terlepas dari kontroversi atas pengelolaan alat tukar jadul (baca :  barter) kemasan plastik, Surabaya yang belum punya jalur khusus BRT seperti jalur busway di Jakarta, paling tidak niat itu sudah terwujud. Saya menyaksikan BS yang merah keluar dari Terminal Purabaya (Bungurasih) bersama dengan beberapa bus AKAP. 

Peluncuran tahap kedua Suroboyo Bus oleh Walikota Tri Rismaharini. Foto. @detik.com
Peluncuran tahap kedua Suroboyo Bus oleh Walikota Tri Rismaharini. Foto. @detik.com
BRT berbeda dari konsep transportasi massal lain baik bus kota atau LRT maupun MRT yang berbasis rel. Apalagi AKAP, namun bisa dimodifikasi untuk AKDP yang sudah dioperasikan di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Moda angkutan massal berbasis bus yang berkonsep BRT nampaknya akan terus berkembang secara evolutif. Baik dari sisi penerapan maupun pengelolaannya. Seperti Kota Surabaya yang memadukan konsep transportasi massal dan pengelolaan lingkungan dengan cara bayar  "unik" barter dengan plastik kemasan air mineral. 

Boleh jadi, suatu saat nanti, jalur TransJakarta tidak lagi menggunakan beton untuk memisahkannya dari jalur biasa. Itu terjadi jika telah tertata rapi pola berlalu lintas yang santun dan mengedepankan kepentingan umum ketimbang memperbesar egosentrisme yang seolah identik dengan "pola budaya" masyarakat di Ibukota Negara, Jakarta. Kota Surabaya dan Provinsi Jawa Timur nampaknya akan menjadi role model BRT di Indonesia. Semoga.

Referensi: Satu , Dua , Tiga

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun