Anjangsana Anies-Susi dan "Badai Belum Berlalu" di Penerbangan Perintis
Anjangsana di Pangandaran antara dua tokoh nasional menjadi daya tarik baru bagi masyarakat, khususnya bagi mereka yang lagi asyik menyimak jagat perpolitikan di Tanah Air. Bahkan Harian KOMPAS hari ini ( 27/7/2023) sempat menurunkan artikel khusus di halaman dua. Dalam KBBI istilah anjangsana berarti kunjungan untuk melepaskan rasa rindu.
Anjangsana Anies Baswedan di padepokan milik Susi Pudjiastuti telah membetot perhatian publik. Anjangsana itu memiliki arti yang sangat humanis dan mengandung energi pemberitaan yang luar biasa.
Ternyata anjangsana yang tulus, khidmat dan disertai dengan pembicaraan intens dari hati-kehati yang sarat dengan nilai perikehidupan bangsa jauh lebih efektif ketimbang menciptakan panggung yang formal dengan settingan acara birokrasi dengan biaya acara yang dipikul negara. Setting dan framing lewat acara birokrasi bagi para capres hanya indah di mata tukang survei, namun kurang bermakna dalam sanubari publik.
Anjangsana ke Pangandaran juga diwarnai dengan pikiran-pikiran detail dari dua tokoh bangsa tersebut. Kemampuan untuk berpikir detail dan berteman sepi sangat penting bagi pemimpin bangsa ke depan. Sebagai sesama alumni Insan Cita, sudah cukup lama penulis mengamati jalan pikiran dan konsepsi kebangsaan Anies Baswedan. Jalan pikirannya mengalir jernih dan mengutamakan detail. Jalan pikiran itu juga ditandai dengan hal-hal yang filosofis paradigmatik
Bicara tentang sosok Susi Pudjiastuti, penulis berani berkata bahwa sebenarnya ukuran sepatunya cocok untuk menjadi Menteri Perhubungan, bahkan kalau boleh ukuran sepatunya sangat cocok untuk Menteri Pertahanan dan Keamanan RI. Namun takdir ternyata menyatakan ukuran sepatunya sempat menjadi orang nomor satu di KKP. Lantas apakah ukuran sepatunya juga cocok untuk cawapres, biarkan sejarah yang bicara.
Penulis yang pernah bekerja cukup lama di industri pesawat terbang sangat kagum dengan kemampuan Susi dalam mengelola maskapai penerbangan perintis yang penuh halangan dan rintangan. Susi sangat paham tentang populasi jenis pesawat yang cocok untuk melayani penerbangan perintis. Penerbangan perintis sangat penting bagi terwujudnya konektivitas bangsa dan memiliki misi kemanusiaan yang luar biasa. Namun kondisi penerbangan perintis saat ini dilanda badai yang belum berlalu. Awan hitam masih menyelimuti penerbangan perintis sejak pesawat Susi Air yang melayani penerbangan perintis dibakar oleh kelompok bersenjata dan pilotnya disandera hingga kini.
Anjangsana dua tokoh di Pangandaran itu sekaligus memperlihatkan kepada publik bahwa sosok Susi yang tidak memiliki latar belakang pendidikan teknik penerbangan, ternyata dia sangat mengerti tentang seluk beluk teknik penerbangan khususnya yang terkait dengan profesi pilot. Gaya kepemimpinan Susi yang tangkas dalam mengambil keputusan, memperhatikan detail namun tidak suka bertele-tele identik dengan cara kerja pilot.
Selain menguasai manajemen maskapai penerbangan, Susi juga memahami secara detail terkait dengan Flight Management System (FMS). Merupakan komponen penting dalam teknik penerbangan. Selain membantu kelancaran penerbangan, adanya komponen tersebut juga meringankan beban pilot.