Mohon tunggu...
Toto Endargo
Toto Endargo Mohon Tunggu... Peminat Budaya

Catatan dan Pembelajaran Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tutur Cinatur: Perut Lelaki Itu Membesar di Malam Jumat Kliwon

17 Mei 2025   10:10 Diperbarui: 17 Mei 2025   08:28 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Penghuni Stadion Wasesa - Meta AI 

Tutur Cinatur: Perut Lelaki Itu Membesar di Malam Jumat Kliwon

Kisah Misteri Stadion Wasesa

Pada suatu masa yang kini hanya dikenang dari desas-desus warga tua, berdirilah sebuah stadion di sudut sunyi Purbalingga---Stadion Wasesa. Sebelum pasar Segamas menancapkan gemerlap beton dan gemuruh pedagang, stadion itu berdiri lengang, sepi, dan... wingit.

Malam di stadion terasa asing. Barisan pohon mlandingan tumbuh di tanggul tanah yang membentuk pagar alamiah, membingkai tanah lapang yang diabaikan cahaya. Konon, saat malam Jumat Kliwon tiba, dari balik kelam stadion itu muncul dhemit perayu, seorang wanita muda berwajah menawan namun bermata dalam---penuh nestapa dan maut.

Pak Pikat: Lelaki Pertama

Pada malam Jumat Kliwon di tahun 1970/80-an itu, Pak Pikat, lelaki 29 tahun dari dusun Planjan, keluar rumah tanpa alasan pasti. Langit bersih, bulan sabit menggantung seperti mata kucing menanti mangsa. Entah angin apa yang mendorong langkahnya ke Stadion Wasesa.

Di pintu masuk stadion, dia melihat kelebat perempuan. Seketika, seperti digerakkan oleh kekuatan asing, dia menyeberang dan masuk ke stadion. Perempuan itu berdiri, menanti, dengan kebaya ketat dan kain batik halus, rambut terurai, harum kembang kamboja menguar dari tubuhnya. Wajahnya cantik, nyaris tanpa cela. Matanya... tak berkedip.

"Gratis saja malam ini," bisiknya dalam benak Pak Pikat, entah darimana suara itu datang.

Mereka masuk lebih dalam. Rumput basah, angin mati. Tak ada suara kecuali desir pakaian dan desah singkat. Tak sampai satu jam, segalanya selesai. Dan ketika Pak Pikat membuka mata, wanita itu menghilang. Bukan lari. Bukan pergi. Tapi menghilang, seperti asap disedot ke udara.

Pak Pikat pulang tergesa, tubuhnya dingin, hati tak karuan. Semalam ia tak tidur, dan esok paginya, perutnya mulai membesar. Dalam dua jam, tubuhnya berubah. Dari seorang lelaki tegap menjadi sosok menyerupai wanita hamil tujuh bulan. Bahkan... ada gerakan dari dalam perutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun