Akhir pekan seusai lebaran, penulis menuju rumah untuk beristirahat setelah semalaman menjaga Emak yang dirawat di RSUD Linggarjati, sengaja tidak melewati jalur Cilimus-Caracas-Mandirancan yang diprediksi macet. Melalui jalur alternatif Linggarjati-Cibeureum-Pakembangan yang merupakan jalur alternatif di kabupaten Kuningan.
Namun ternyata kemacetan juga terjadi di jalur ini, tempat tempat wisata di sekitaran jalur tersebut dipadati parkiran mobil, mulai mobil pribadi, angkot hingga mobil bak terbuka, seusai lebaran, kabupaten Kuningan memang kerap menjadi tujuan wisata lokal dari kabupaten dan kota Cirebon. Tempat tempat seperti Rumah Makan J&J Resto, Taman Wisata Alam Linggarjati, Gedung Perundingan Linggarjati, Wood Land, Taman Batu Hanjuang hingga Objek Wisata dan Bumi Perkemahan Leuweung Monyet tak kekurangan pengunjung.
Saat ini memang agak gimana gitu berada di keramaian dan kerumunan, mengingat pandemi Covid-19 masih belum melandai.Mudik pun dibatasi dan adanya penyekatan warga yang mau pulang kampung.Â
Tempat wisata di Kuningan yang diluberi pengunjung bukanlah satu satunya, Pantai legendaris dari ibukota, pantai Ancol laris manis dipadati pengunjung, malah bejubelnya pengunjung pantai Ancol disandingkan dengan situasi sungai Gangga di India. Saat ini pandemi Covid -19 terus ada namun tampaknya rakyat jelata pura pura nggak tahu atau malah sudah mengabaikan bagaimana sebuah kerumunan akan mengakibatkan ledakan baru kasus Covid di tanah air.
Situasi yang sama adalah membeludaknya pantai Batu Karas di kabupaten Pangandaran, piknik ala ala rakyat jelata dengan membawa bekal dan menikmati liburan di pantai dan berenang merupakan pemandangan di pantai Batu Karas dan ini pun sempat viral.Akhirnya mulai jam 00.00 WIB, Â tanggal 16 Mei 2021 pihak berwenang menutup pantai Batu Karas.
Satu hal yang menjadi pertanyaan menggelitik adalah, rakyat jelata ternyata sangat membutuhkan hiburan yang sifatnya murah meriah, urunan untuk menyewa mobil dan membawa bekal sendiri adalah alternatif yang bisa dilakukan dan itu dianggap paling terjangkau kocek.
Sebenarnya untuk pengaturan tempat wisata wewenang  berada di pemerintahan daerah. Berdasar PPKM Mikro yang menyebutkan tempat tempat  publik mematuhi protokol kesehatan dan dibuka dengan kapasitas lima puluh persen. Hal ini lah yang seharusnya menjadi perhatian serius, apakah pengelola tempat tempat publik telah benar benar menerapkan protokol kesehatan dan juga tempat tersebut hanya di buka 50 % dari kapasitas.
Saatnya bukan saling menyalahkan, tapi lebih ke peduli bahwa Corona itu ada dan penularannya lebih cepat dengan banyaknya kerumunan yang terjadi. Di sisi lain, rakyat pun menginginkan suasana baru, satu satuya hal yang bisa dilakukan saat berlebaran adalah piknik.
Suara tegas dilontarkan Ketua Satgas Covi-19, Doni Monardo yang menghimbau kepada Satgas Covid-19 daerah untuk menertibkan atau juga menutup tempat wisata yang mempunyai potensi sebagai pusat penularan di masa liburan lebaran. Setelah apa yang terjadi dengan membeludaknya pengunjung di tempat tempat wisata, kita jadi was was apa yang akan terjadi dua minggu mendatang.
Apakah kasus Covid terkerek naik? Semoga saja hal itu tidak terjadi, namun mengingat adanya kerumunan yang signifikan, duh kok jadi gimana gitu. Kalau pun ada lonjakan kasus covid di masa liburan lebaran, kok yang kena rakyat juga sih.