Mohon tunggu...
Muhammad Taufan
Muhammad Taufan Mohon Tunggu... Penulis - -

-

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Potensi Kejayaan Peradaban Bangsa Melalui Relief Alat Musik di Candi Borobudur

27 April 2021   10:36 Diperbarui: 27 April 2021   12:09 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Candi Borobudur (Sumber: pixabay.com)

Negara Indonesia merupakan negara dengan kejayaan yang sangat kental didalamnya. Hal tersebut bisa kita lihat pada zaman dahulu dan zaman saat ini. Pada zaman dahulu kita mengenal sebuah kerajaan yang berdiri ditanah negara Indonesia dengan nama Kerajaan Majapahit. Kerajaan tersebut merupakan kerajaan yang paling lama berkuasa serta ditakuti pada masanya. Wilayah yang dikuasai kerajaan tersebut bisa dikatakan cukup luas dari mulai hampir seluruh wilayah Asia Tenggara sampai sedikit ke wilayah Asia Timur. Itulah bukti kejayaan masa lampau dari negara Indonesia.

Namun kini kejayaan dari negara Indonesia dapat terlihat pada dimilikinya 7 keajaiban dunia. Tentunya tidak mudah agar sebuah negara memiliki 7 keajaiban dunia namun nyatanya negara Indonesia dapat memiliki julukan tersebut. Candi Borobudur merupakan alasan mengapa negara Indonesia dapat menyandang status sebagai negara yang memiliki 7 keajaiban dunia.

Candi Borobudur merupakan candi yang terletak dikawasan Magelang, Jawa Tengah. Candi ini berbentuk stupa yang didirikan oleh masyarakat yang menganut agama Buddha Mahayana pada sekitar tahun 800-an Masehi. Dimana pada saat tersebut diperkirangan merupakan masa pemerintahan wangsa Syailendra. Ada banyak sekali hal-hal yang menarik salah satunya yaitu banyaknya relief yang berada di Candi Borobudur.

Berdasarkan data bahwa Candi Borobudur memiliki banyak sekali relief didalamnya kurang lebih sekitar 2672 relief. Jumlah tersebut tersusun atas dua jenis. Pertama dengan jumlah 1212 merupakan relief dekoratif. Kedua dengan jumlah 1460 merupakan relief kisah Buddha. Didalam relief yang mengisahkan akan kisan Budha terbagi kedalam empat cerita yang utama yaitu Karmawibangga, Lalita Wistara, Jataka dan Awadana, serta Gandawyuha. Sedangkan untuk relief dekoratif menceritakan tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa.

Pada kehidupan masyarakat zaman dahulu tidak bisa terlepas dari yang namanya sebuah hiburan. Berbicara mengenai bukti bisa kita temukan pada relief yang ada di Candi Borobudur. Disitu jelas memaparkan akan sebuah kemeriahan seni pertunjukan yang dibumbui oleh instrumen pendukung lainnya berupa alat musik. Alat musik yang biasa digunakan terdiri atas beberapa hal dari mulai alat musik seperti Idiophone, Membraphone, Chordophone, dan Aerophone.

Alat Musik (Sumber: soundofborobudur.org)
Alat Musik (Sumber: soundofborobudur.org)

Melalui relief yang berada di Candi Borobudur yang memaparkan akan sebuah potensi alat musik yang masih terpendam didalamnya. Alat musik tiup, pukul, gesek, petik dan masih banyak lagi digambarkan pada relief-relief yang ada pada Candi Borobudur. Hal tersebut menandakan bahwa leluhur pada saat tersebut sudah memiliki sifat kaya akan kreasi dan daya cipta. Dari sifat kaya akan kreasi dan daya cipta tersebut kini orang-orang yang hidup dimasa sekarang dapat mengenal jenis alat musik yang sudah dikembangkan dan tetap masih bertahan sampai kapan pun.

Dengan kondisi tersebut bisa dikatakan bahwa potensi kekayaan pada peradaban masa lalu melalui alat musik yang ada di Candi Borobudur bisa dimanfaatkan untuk kemakmuran seluruh lapisan masyarakat saat ini. Namun ternyata potensi tersebut hanya sebatas angan-angan karena dibutuhkan beberapa hal agar dapat memunculkan potensi tersebut keatas permukaan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Maka dari itu untuk dapat memunculkan potensi kekayaan yang ada di dalam Candi Borobudur melalui alat musik kini dibentuklah sebuah gerakan Sound of Borobudur.

Gerakan Sound of Borobudur merupakan gerakan yang bersumber akan sebuah gagasan untuk menarik potensi alat musik yang ada di relief Candi Borobudur. Gerakan Sound of Borobudur lahir pertama kali sekitar pertengahan bulan Okrober di tahun 2016. Pada saat itu tim yang bernama Japung Nusantara (Jaringan Kampung Nusantara) yang terdiri dari beberapa orang Trie Utami, Rully Fabrian, Redy Eko Prastyo, KRMT Indro Kimpling Suseno, dan Bachtiar Djanan.

Pihak-pihak tersebut melakukan diskusi akan mempelajari literatur buku foto-foto karya Kassian Cephas tentang relief Karmawabhangga di kediaman KRMT Indro Kimpling Suseno. Dimana orang yang bernama KRMT Indro Kimpling merupakan seseorang pemrakarsa akan kegiatan Borobudur Cultural Feast.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun