Sudah disimpulkan oleh STy atau asistennya NA, kelemahan tiga Timnas Indonesia (U-19, U-23, Senior) sama. Mengapa, Timnas U-16 mengulang kesalahan yang sama?
(Supartono JW.01082022)
Meneladani Indra dan Fakhri
Pendekatan individu hingga mengenal dekat keluarga pemain, adalah satu di antara upaya yang dilakukan oleh Indra Sjafri tatkala membesut Evan Dimas dkk, selain cara blusukan hingga mendapatkan pemain-pemain Timnas bertalenta dan memiliki Teknik, Intelegensi, Personality, dan Speed (TIPS) mumpuni.Â
Hal itu, menjadi melegenda di sepak bola nasional, karena saat itu, wadah untuk mendapatkan calon pemain Timnas masih tak semudah sekarang.
Fakhri Husaini pun melakukan model yang sama, hingga para penggawa Timnas yang diasuhnya boleh dibilang sukses. Itulah yang seharusnya diteladani oleh Bima Sakti. Sebab, Shin Tae-yong (STy) sebagai pelatih asing, tidak melakukan hal itu.
Dalam laga perdana Piala AFF U-16 saat Timnas Indonesia U-16 yang diampunya hanya mampu unggul 2-0 atas Timnas Filipina U-16, bahkan 1 gol hasil dari buah bunuh diri pemain lawan.Â
Artinya, menghadapi Filipina U-16 yang kelasnya masih di bawah Timnas Garuda, anak asuh Bima hanya mampu melesakkan 1 gol. Padahal pesaingnya dalam satu grup, Vietnam U-16 mampu menggelontorkan 5 gol ke gawang Singapura U-16.
Belajar pedagogi
Bila Bima Sakti mempunyai kompetensi pedagogi (kognitif, afektif, psikomotor) yang menyerupai Indra Sjafri atau Fakhri Husaini, penyakit kronis yang selalu ada dalam Timnas Indonesia selama ini, tentu bisa dikikis. Tidak ada pemain yang merasa hebat dan selalu nampak sok unjuk gigi, bermain dengan cara individualis dan egois.