Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Metamorfosis Roberto Mancini, Antar Gli Azzurri ke Final Euro 2020

7 Juli 2021   06:16 Diperbarui: 7 Juli 2021   08:57 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Rekor 15 kali kemenangan beruntun yang telah dipecahkan, ternyata belum cukup bagi Mancini dan Italia dalam kiprahnya manggung di Euro 2021. Di babak semi final pun, Donnarumma dan kawan-kawan terus melesat dan seperti yang sudah saya prediksi mampu mengandaskan impresifnya performa Spanyol.

Bukti pelatih pedagog

Kini, Mancini dan Italia telah mengantongi 16 kali kemenangan beruntun di kompetisi resmi Benua Biru, dan rasanya akan sulit dipecahkan rekornya oleh negara lain. Apalagi, sebagai pelatih pedagog, yang sangat paham atas kognisi, afektif, dan psikomotor para pemain yang dibawanya di Euro kali ini, sepertinya, Italia akan mampu meraih trofi dengan mengukir kemenangan yang ke 17.

Saat menyingkirkan Spanyol di semi final,  dalam kondisi tim belum aman, Mancini pun begitu yakin dengan tetap merotasi pemainnya karena semua pemain bagi Mancini adalah starter. Pergantian pemain dijadikan oleh Mancini sebagai sebuah strategi, taktik, dan intrik.

Mungkin seluruh publik sepak bola dunia berpikir, Spanyol menguasai laga. Terlebih di babak pertama, Spanyol terus mengurung Italia. Tetapi, itu hanyalah strategi, sebab Mancini memiliki pasukan yang mudah menyengat. Buktinya, melalui strategi bertahan, begitu melakukan serangan balik, langsung mematikan dan bikin Italia unggul.

Sayang, sebab tak puas dengan kemenangan 1-0, membikin Italia bernafsu menambah gol yang justru bikin petaka. Saat melakukan serangan balik, pertahanan Italia terbuka dan celahnya mampu dimaksimalkan oleh Morata.

Bukan Mancini namanya bila tetap tak tegar. Dengan penuh percaya diri, saat Italia terus ditekan, dia justru terus merotasi pemain hingga mampu menahan Spanyol sampai babak tambahan waktu dengan skor tetap 1-1.

Sebetulnya Italia tidak harus menang dengan cara adu pinalti. Laga krusial tidak harus berpikir menang banyak. Cukup menang 1, konsentrasi barisan belakang dengan tetap konsisten melakukan serangan balik.

Strategi itu dalam posisi tim sudah unggul akan menjadi pekerjaan sambil menyelam minum air. Mempertahankan kemenangan dengan konsentrasi perkuat barisan belakang. Saat melakukan serangan balik, justru membuka celah mencipta gol tambahan.

Tapi nasi sudah jadi bubur. Mancini pun sepertinya menyadari hal itu. Maka, dengan kecerdasannya, dia merubah komposisi pemain sambil berharap ada keuntungan membikin gol di waktu normal atau tambahan. Pun sambil menyiapkan pemain untuk eksekusi adu pinalti yang datang dari bench pemain.  Resepnya jitu, pemain yang masuk dari bench pemain pun menjadi penyumbang gol saat adu pinalti dan skenario menyingkirkan Spanyol tuntas.

Si anak emas

Sejak awal putaran Euro 2020, saya terus tertarik menyorot kiprah Roberto Mancini. Ketertarikan saya menulis jejak Mancini, bukan tanpa alasan. Sejak Mancini masih aktif bermain, Mancini juga selalu menunjukkan performa yang dimilikinya dengan selalu menorehkan rapor teknik, intelegensi, personaliti, dan speed (TIPS)
dirinya yang terus di atas rata-rata, dan dia memiliki julukan Si Anak Emas di massanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun