Pemilihan Presiden Republik Indonesia (RI) masih lama, Partai Politik dan para elitenya justru sibuk bisnis urus calon Presiden baru.
Padahal Presiden sekarang dengan pemerintahannya saja masih dianggap belum amanah kepada rakyat oleh berbagai pihak, karena lebih sibuk membalas budi kepada para relawannya dengan memberikan jabatan-jabatan strategis dan gratis. Uang rakyat juga yang dipakai untuk bayar gaji mereka.
Setali tiga uang, bisnis calon Presiden baru yang masih lama, juga menjadi lahan bisnis media massa yang jadi influenser dan buzzer pemerintah demi mereguk keuntungan via oplah cetak maupun viewernya.
Pun menjadi bisnis para lembaga survei dan para influenser dan buzzer perorangan demi mengais rupiah dari juragan yang membayarnya juga pakai uang rakyat atau mungkin juga pakai uang hasil korupsi di tengah rakyat menderita dan terus dibikin tak menerima keadilan serta hukum yang memihak.
Bahkan, dalam pemberitaan juga sudah ada suara dari Presiden yang mengingatkan kepada relawannya agar tak buru-buru bersikap. Presiden bahkan bilang tunggu saatnya, akan ke mana arah kapal besar relawan yang telah mengantarnya jadi Presiden selama dua periode ini akan berlayar.
Sebelumnya, juga ada pemimpin partai yang mengancam akan memecat siapa pun anggotanya yang tak nurut titahnya dan bilang, jadi petugas partai harus nurut karena sudah ada contohnya, petugas partai yang tak nurut lalu disingkirkan.
Atas kondisi itu, ternyata betapa luar biasanya para partai politik dan pemimpinnya, serta para elite partainya. Plus kaki tangannya, media massa, lembaga survei, influenser, buzzer, hingga relawan. Terus menguasai Indonesia dengan berbagai intrik, taktik, dan politiknya demi terus menumpuk berbagai keuntungan dan kepentingan mereka, Â terus menjadikan rakyat yang masih bodoh dan dibikin tetap bodoh hanya untuk lumbung suara bagi mereka. Tetapi saat melawan, siapa pun akan ditindas.
Mereka terus memproduksi kebijakan dan peraturan atas nama pemerintah dan parlemen, Â demi memuluskan jalan bisnis mereka, mengamankan dan menguasai sektor strategis dengan berbagai dalih, termasuk lembaga korupsi, melemahkan dan membungkam, agar bisnis korupsi juga aman dan lancar, tak tertangkap siapa aktor sutradara dan pembikin skenario korupsinya.
Sementara rakyat terus tertindas dan hanya menjadi penonton sepak terjang mereka, mereka justru semakin kentara asyik-masyuknya menjalankan kontrak bisnis dengan para pemodal, cukong yang sepertinya, malah sudah menggadaikan negeri ini.
Pada suatu saat, apakah RI akan masih tetap menjadi milik rakyat? Dalam dua periode pemerintahan sekarang, banyak sekali pihak yang telah mengangakat dan mendeskripsikan tentang RI di masa depan, akibat program pemerintahan sekarang.
Karenanya banyak pihak dan rakyat, menyebut, bila sebelum merdeka, Indonesia dijajah oleh kolonialisme, kini rakyat benar-benar merasakan dijajah oleh pemerintahan sekarang yang pondasinya partai politik dan pemodalnya cukong yang mau menguasai RI.