Dengan "membaca", maka kita tahu arah tujuan dan sasaran serta hasil yang diharapkan. (Supartono JW.19012021).
Membaca adalah jendela dunia, sebuah kata bijak yang hingga saat ini masyur di telingga kita.Â
Tetapi apa yang salah untuk Indonesia yang sudah 75 tahun merdeka, sektor pendidikan masih terpuruk. Hasil skor PISA (Programme for International Student Assessment) untuk Indonesia tahun 2018 khusus untuk membaca, matematika, dan sains tercecer. khususnya kemampuan membaca ada di urutan 72 dari 78 negara yang ikut program PISA.
Tentunya hal ini signifikan dengan pelajaran tentang membaca di kelas-kelas masih banyak yang mengajarkan membaca sekadar sesuai definisi teoritis membaca, jenis, dan cara membaca, sesuai makna kamus, dan sesuai definisi membaca dari para ahli yang menyebut membaca hanya berkaitan dengan dunia tulis menulis dan dunia buku.
Sementara di dunia nyata, orang-orang malas membaca yang bukan hobinya dan bukan passionnya. Padahal sesuai Kurikulum Pendidikan kita yang mengajarakan banyak mata pelajaran, seharusnya para siswa dan mahasiswa jadi lebih banyak memahami dunia, karena banyak mata pelajaran yang wajib dibaca.
Sayang, sejak di bangku sekolah menengah ke bawah saja siswa sudah dibiarkan hanya terbudaya membaca sesuai passionnya, Â yaitu sesuatu yang tidak pernah kita bosan untuk melakukannya, sesuatu di mana kita akan mengorbankan segala hal untuk mencapai hal itu, sesuatu yang dikerjakan dengan ikhlas, tanpa paksaan dan suatu bentuk panggilan dari alam bawah sadar seseorang.Â
Sesuatu yang kita tidak memikirkan untung dan rugi, sesuatu yang bila kita melakukan hal itu begitu saja dan lupa dengan hal yang lain, sesuatu yang jika tidak kita lakukan, maka kita akan merasa ada sesuatu yang kurang, sesuatu yang sangat kita sukai, dan sesuatu yang bisa kita lakukan berjam-jam tanpa kita merasakan kelelahan.
Pada saat para siswa berganti baju menjadi mahasiswa, mata kuliah pun sudah sesuai jurusan dan passionnya, akibatnya ruang dan waktu membaca mereka lebih terkotak lagi, hanya pada dunia dan passionnya.
Padahal jendela dunia yang semakin terbuka dengan kemajuan zaman dan teknologi, hingga dunia juga diserbu media sosial yang semakin banjir informasi dan inovasi, tetap saja tak menggerakkan hati untuk masyarakat kita menyelami dunia dengan segala kemajuan dan perkembangannya.
Akibatnya, bisa kita rasakan sekarang. Bagaimana kondisi masyarakat Indonesia  sekarang dalam sumbangsih untuk kemajuan bangsa dan negara. Hasil PISA juga terbukti jeblok.
Bagaimana bila orang-orang hanya membaca sesuai passion, tak memikirkan hal lain dan terkait passion tersebut. Apakah passion itu akan terus diam di tempat tak ada mengalami perubahan?