Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat dan Praktisi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mengalirdiakunketiga05092020

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Produktif, Inovatif, dan Kreatif yang Mana Bangsa Ini?

16 Januari 2021   22:23 Diperbarui: 16 Januari 2021   22:31 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Dalam berbagai bidang, negara lain terus berlomba-lomba dalam hal produktivitas inovatif dan kreatif untuk kemajuan bangsa dan negara demi amanah mensejahterakan rakyatnya. Meski tetap ada konflik dan masalah, rasanya tidak seproduktif masalah dan kisruh di Indonesia.

Lebih dari itu, masalah-masalah di mancanegara, bila kita ikuti pemberitaan di media massa juga tak melulu tentang kisruh dan berseteru antar rakyat yang dibenturkan demi kepentingan.

Tidak seperti di negeri Katulistiwa ini, yang terus terjerembab dalam ketertinggalan pendidikan, tertinggal dalam kreativitas dan inovasi, yang kaya tambah kaya, yang miskin semakin miskin.

Sudah begitu, kini juga sangat jelas rakyat mana yang akan sangat mudah di bela dan dilindungi, dan rakyat golongan mana yang akan sangat mudah dibuat berperkara hingga masuk penjara.

Semua ini terjadi apa pasalnya? Di antara sebab yang mengemuka di masyarakat adalah karena para elite partai yang menjadi pemimpin di negeri ini tak lagi dapat berdiri di atas kaki sendiri. Selain memanfaatkan suara rakyat, mereka juga sudah terbudaya disuapi dan mau enaknya, hingga bicara korupsi, kolusi, dan nepotisme pun terus menjadi simponi.

Hebatnya lagi, sudah tak mau kehilangan yang bukan milik, harga diri dan rasa malu pun dibuang. Sehingga harapan muncul teladan dan panutan untuk rakyat, terus jauh panggang dari api.

Buntutnya, rakyat pun terimbas hanya menjadi bangsa pemakai produk bangsa lain karena jauh dari kata- kata produktif-kreatif-inovatif karena pondasi.pendidikannya terus tertinggal.

Buntut lainnya, di tengah pendidikan yang rendah, rakyat pun terus dijadikan alat, dijadikan kambing hitam, hingga dijadikan kendaraan kepentingan demi tercapai maksud tujuan yang memiliki kekuasaan atas nama kepentingan.

Rakyat dibenturkan, dikorbankan, diadu domba dengan skenario-skenario klasik yang sangat mudah dibaca dan ditebak arahnya.

Produk-produk Undang-Undang dan kebijakan pun dilahirkan demi kepentingan dan keuntungan, tapi untuk para taipan dan golongannya,  bukan untuk kesejahteraan dan keadilan untuk rakyat.

Mana yang sekarang bisa diteladani di tengah Covid-19 masih terus mengganas di negeri ini? Setiap waktu, negeri ini sangat produktif dalam hal kisruh dan masalah yang sengaja di picu dan disulut demi membentengi kepentingan yang harus terwujud dan diwujudkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun