Mohon tunggu...
tomy sujarwadi
tomy sujarwadi Mohon Tunggu... Penulis - jendela dunia

Menulis dan mengajar terutama tentang korupsi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerakan Emak-emak "Zaman Now"

7 Mei 2018   08:03 Diperbarui: 7 Mei 2018   13:38 1219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: bantenperspektif.com

Hastag #2019 Ganti Presiden yang saat ini sedang booming, karena hastag ini bukan hanya terjadi di Jakarta, tetapi juga sudah melebar ke Provinsi yang lain. Dan hastag ini pun akhirnya mendapat sambutan yang laur biasa dari masyarakat luas.

Penanganan Pemerintah dalam mengatasi hastag #2019 ganti presiden, menurut penulis tidak efektif dan keliru. Penanganan pemerintah dengan melibatkan aparat keamanan negara dengan melakukan pemantauan bahkan melakukan 'sweeping'  terhadap hastag ini membuat rakyat semakin memberontak.

Karena menurut penulis, kepanikan Pemerintah terlalu berlebihan sehingga mengambil langkah-langkah kontra produktif. Pengalaman bangsa Indonesia membuktikan, sebelum kemerdekaan perjuangan rakyat untuk membebaskan ini dari penjajah hingga terjadinya proklamasi serta runtuhnya kepemimpinan orde baru pada  masa yang lalu, telah membuktikan bahwa kekuatan rakyat tak dapat dibendung dengan cara intimidasi.

Semakin di intimidasi rakyat akan semakin melawan. Saat ini sudah terjadi bukan hanya di Jakarta, tetapi juga di luar Jakarta, seperti di Medan dan Makasar. Perlawanan akan semakin berkembang jika Pemerintah terus melakukan langkah-langkah yang tidak produktif dengan menggunakan alat negara untuk membungkam suara rakyat khususnya suara emak-emak.

Seharusnya Pemerintah intropeksi diri, kenapa hastag #2019 Ganti Presiden menjadi gerakan yang militan. Cari sumber masalah yang terjadi di tengah masyarakat.

Mungkin Pemerintah berpikir dengan membungkam suara mahasiswa, posisinya sudah aman. Tetapi kenyataan berbicara lain, kali ini yang bersuara adalah emak-emak yang cukup militan. Kenapa emak-emak berani bersuara? Bisa jadi mereka merasakan dampak dari kebijakan Pemerintah tentang kenaikan BBM, Listrik dan juga harga sembako yang ikut naik akibat dampat kenaikan BBM.

Keresahan emak-emak ini tidak dibaca oleh Pemerintah. Di samping kegaduhan yang ditimbulkan oleh pernyataan Menteri-menteri yang melukai hati rakyat. Seperti pernyataan Menteri Perdagangan saat cabe mahal, Menteri ini menyalahkan cuaca dan menyuruh rakyat tanam sendiri. Menteri pertanian menyatakan agar rakyat beralih ke keong sawah akibat harga daging yang mahal.

Menteri Kesehatan yang menyatakan cacing parasit yang ada dikaleng adalah sumber protein, ketika ditemukan adanya cacing pada makanan kaleng. Menteri PMK (puan maharani) juga tidak ketinggalan, ketika harga beras mahal malah membuat pernyataan agar rakyat miskin diet dan jangan banyak makan. Penyataan-pernyatan yang keluar dari Menteri ini bukan memberi solusi yang baik, tetapi telah menunjukkan kualitas mereka yang rendah.

Sehingga tidak salah, sekarang muncul gerakan emak-emak militan karena kekecewaan mereka terhadap pemeritah saat ini, bahkan ada yang menamakan sebagai 'Barisan Emak-Emak Militan Indonesia (BEMI).

Gerakan emak-emak yang semula tidak punya tema untuk diusung, mendapat angin segar ketika kader PKS membuat hastag 2019 Ganti Presiden. Hastag ini mendapat respon dari emak-emak militan untuk mengusung hastag tersebut. Sehingga hastag ini akan membahayakan posisi Jokowi, karena emak-emak militan ini dengan vulgar menyatakan tidak mendukung Jokowi, dan akan berdampak pada Pilpres 2019.[Tomy Sujarwadi]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun