Terkesan pada pengalaman ketika membantu acara penyembelihan dan pendistribusian daging qurban saat perayaan Hari Raya Idul Adha beberapa waktu lalu. Secara kebetulan petugas penyembelih hewan qurban adalah salah satu tokoh masyarakat di daerah tersebut yang juga ulama setempat. Dalam percakapan singkat, ketika ia ditanya bagian dari hewan qurban yang paling baik dan enak.Â
Orang tua itu menjawab sambil menunjuk ke arah daging qurban, itu..Hati dan Lidah (Lisan). Ooo...begitu Pak. Lalu mana bagian yang terburuk Pak? Bapak tua itupun menunjuk kedua benda yang sama. Muncul pertanyaan... Lho kok kenapa sama Pak, yang terbaik dan yang terburuk itu Hati dan Lidah?
Ketika beristirahat sambil berbincang ringan, Bapak tua memberi jawaban atas pertanyaan tersebut. Kedua benda tadi pada hewan qurban hanyalah kiasan saja. Namun sebenarnya hal itu bisa juga berlaku pada diri kita. Ya, Hati dan Lidah/Lisan. Karena, bila keduanya terpelihara dengan baik niscaya semuanya akan baik. Namun sebaliknya, bila keduanya kurang terjaga dengan baik maka diri kitapun buruk. Mengapa demikian?
Jawabannya, Hati adalah kunci utama kualitas diri seseorang. Dari Hati yang terkelola dengan baik akan dihasilkan output yang baik, lisan dan perkataannya, sikap dan perilaku serta akhlak budi pekertinya baik. Dimanapun ia berada, akan membawa manfaat kepada banyak orang. Sebaliknya, bila Hati kita tidak terkelola dan terpelihara dengan baik, maka output yang akan keluarpun buruk, seperti : lisan dan perkataan yang kasar, buruk, sikap dan perilaku yang kurang terpuji, dan dimanapun ia berada akan memberi dampak negatif pada lingkungannya.
Lantas, bagaimana dengan Lidah atau Lisan? Waahhh....ini lebih besar lagi dampaknya, dik. Kok bisa begitu Pak? Ya, karena dari lisan yang kurang terpelihara dengan baik akan dapat menimbulkan banyak hal negatif bahkan dampaknya bisa ringan hingga fatal. Karena lisan yang tidak terkelola dan tidak terkendali, maka akan dapat melukai hati dan perasaan orang lain.Â
Karena lisan yang buruk akan menimbulkan berbagai masalah seperti : perselisihan, permusuhan, kebencian, pertengkaran bahkan peperangan yang dampaknya destruktif (kehancuran). Dan muara dari semua itu terletak pada Hati. Hati sebagai engine yang akan menghasilkan output dalam bentuk perkataan, sikap, perbuatan dan akhlak budi pekerti.Â
Dari Hati yang terkelola baik akan menghasilkan energy positif yang akan terlihat dari lisan yang melontarkan kata2 yang baik, sikap dan perilaku yang baik pula. Dan agar hati baik, maka diperlukan fondasi spiritual yang kokoh.