Mohon tunggu...
TOMY PERUCHO
TOMY PERUCHO Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Perbankan, berkeluarga dan memiliki 2 orang anak.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Agama : Islam. Pengalaman kerja : 1994-2020 di Perbankan. Aktif menulis di dalam perusahaan dan aktif mengajar (trainer di internal perusahaan) dan di kampus.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seribu Rupiah Sejuta Doa

4 Juli 2020   17:00 Diperbarui: 4 Juli 2020   17:01 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Suatu ketika dalam antrian traffic light... "ini aja pa, ngga apa2 ini aja ma (sambil memberikan selembar uang kertas pecahan 20 ribu kepada pengemis tua tuna netra. "Alhamdulillah...terima kasih Pak, semoga bapak selamat barokah, rezekinya berlimpah, sehat, dst... Traffic light pun menyala hijau dan kendaraanpun bergerak. "lho kok kenapa kasih uangnya pecahan besar sih pa? kan' ada pecahan yang lebih kecil atau itu kan' ada banyak uang logam di tempat koin. "Ngga apa2 ma, orang tua itu (pengemis tadi) kan' membutuhkan bantuan hidupnya sulit dan kita harus membantunya seberapun yang bisa kita bantu yang penting kita bantu mereka ya ma. Iya pa" sahut sang istri tanda mengerti.

Pada kesempatan yang lain, ketika kotak amal akan lewat di depan kita, seolah kita sudah mengantisipasinya dengan siap memilih pecahan uang yang ada di dalam dompet kita. Yang dipilih pun biasanya pecahan kecil dan bentuknya sudah lusuh pula. Padahal bila saja kita renungkan "pesan dari kotak amal tersebut" berisi balasan pahala yang bilangannya tidak terhingga, niscaya maka kita pun akan berlomba-lomba untuk memberikan pecahan uang yang terbesar dari isi dompet kita tadi.

Mengambil hikmah dari kejadian kecil di atas, rasanya kita malu kepada Tuhan karena ketika Tuhan menurunkan rezeki kepada kita jumlah dan besarnya tidak tanggung-tanggung! Amat berlimpah. Masing-masing orang sudah ditetapkan sekaligus dijamin umur, jodoh dan rezekinya. Badan yang sehat dan normal, keluarga yang baik, tempat tinggal, pekerjaan yang baik, dan segalanya. 

Sehingga kita tidak perlu gundah gulana, takut kekurangan ini dan itu sehingga sikut-sikutan untuk berebut (uang, kekuasaan, kedudukan, dll). Tuhan hanya minta kita untuk berikhtiar, berusaha dan bekerja keras, sabar dan bersyukur serta menjaga semua amanat yang diberikanNya kepada kita.

Sebagaimana Tuhan menurunkan dan memberikan rezeki kepada kita secara tidak tanggung-tanggung, maka seharusnya kitapun menyikapinya dan mengelola titipan tersebut dengan bijak. 

Hendaknya dalam membantu orang kita tidak perlu berhitung dengan formula yang rumit dengan sederetan pertanyaan dan pertimbangan. Lakukan dan keluarkan saja sesuai dengan kata hati. Mengapa sesuai dengan kata hati? ya karena ketika memutuskan untuk membantu orang yang berbicara adalah hati kita. menuruti kata hati bukan berarti tidak hati-hati, tetapi akan ada kekuatan ekstra yang muncul yang akan menggerakkan hati kita untuk melakukannya (membantu orang). 

Hati yang lembut sensitive menangkap sinyal kebaikan dan membuat tangan kita menjadi ringan untuk membantu. Sebaliknya hati yang keras membatu akan membuat tangan kita menjadi berat dan penuh dengan keraguan dan segudang alasan untuk melakukannya.

Bila saja kita mau merenung lebih jauh, bukankah ketika kita berdoa ada sejuta permintaan dan harapan agar doa-doa dan permintaan tersebut dikabulkan. Tetapi hal tersebut berkebalikan dengan fakta yang sering kita lihat dan mungkin kita juga melakukannya...bayangkan seorang pengemis buta demikian bersyukur dan berdoa kepada orang yang memberinya sedekah walaupun seribu rupiah. 

Doanya buat kita demikian banyak dan doa orang2 seperti mereka sangatlah makbul. Tetapi sangatlah ironis bila dibandingkan dengan sedekah yang kita berikan kepada mereka...seribu...dua ribu rupiah saja. 

Bila Yang Maha Kuasa ingin mengambil kembali apa yang dititipkan kepada kita melalui musibah, penyakit, bencana alam, dll...kita pun menjadi tidak berdaya apa-apa....

Dan sebagian orang kerap dilanda kesulitan walaupun orang tersebut sudah menempuh berbagai upaya untuk mencapai tujuannya namun belum juga tercapai. Mungkin salah satunya karena tangan dan hatinya berat untuk bersedekah membantu orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun