Mohon tunggu...
Tommy Setiawan
Tommy Setiawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pribadi

Hanya pembaca dan pemerhati. Bukan penulis. Tapi kadang-kadang menuangkan pikiran atau ide atau perasaan yang bergejolak.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo dan Gerindra Berhasil “Menembakkan” Senjatanya ke Jokowi dan PDIP

11 April 2014   01:06 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:49 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilu Legislatif 2014 baru saja kita lewati. Penghitungan suara manual sedang dihitung. Hasil Quick Count pun sudah diketahui dengan PDIP sebagai “juara”nya dengan meraih angka 19 koma sekian persen. Jauh dari target yang ingin dicapai yaitu sekitar 25% - 30% suara secara nasional.

Masyarakat pun kecewa. Menang tapi tidak telak. Mengapa demikian? Beberapa pengamat mengatakan bahwa “Jokowi Effect” tidak mempan terhadap suara PDIP. Menurut saya secara pribadi, bukan Jokowi-nya yang menjadikan suara PDIP tidak maksimal, tapi pihak “lawan” yang berhasil menembakkan pelurunya telak menghantam kubu Jokowi dan PDIP. Dan “pelaku penembakan” itu tidak lain adalah Prabowo dan Partai Gerindra melalui kader-kadernya.

Bagaimana hal ini terjadi?

Sejak PDIP mendeklarasikan Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden, tentu membuat capres-capres lain kebakaran jenggot. Kita tahu, nama Jokowi memiliki nilai jual yang tinggi di masyarakat. Nama Jokowi membuat para pesaing nyaris tidak ada harganya sama sekali, termasuk Prabowo Subianto, capres dari Partai Gerindra. Partai yang masih bau kencur dibandingkan PDIP.

Nama Jokowi relatif bersih dibandingkan capres-capres lain. Prabowo, yang masa lalunya kotor, berusaha membersihkan diri dengan mengotori Jokowi. Bagaimana Prabowo melakukannya? Brilian sekali, di saat yang tepat Prabowo menggunakan senjatanya dan menembakkan pelurunya tepat di saat-saat menjelang Pileg.

Apa yang dilakukan Prabowo dan Gerindra? Sederhana namun efektif. Menggunakan pantun dan kata “capres boneka”. Pantun dan kata “capres boneka” memang sudah jelas menyindir kepada pribadi Jokowi dan PDIP. Pantun tentang kesetiaan, tidak ingkar janji, jelas menohok tentang Jokowi, yang kebetulan saat ini masih menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Kita semua tahu, saat kampanye, pasangan Jokowi-Ahok memang berjanji akan setia menjalankan tugas sebagai pasangan Gubernur-Wakil Gubernur sampai masa jabatan selesai yaitu 5 tahun. Namun karena Jokowi diberi mandat oleh pimpinan PDIP yaitu Megawati Soekarnoputri untuk dicalonkan menjadi presiden, maka Jokowi pun secara kstaria mengatakan “siap menjalankan mandat!”. Nah inilah yang seakan menjadi senjata makan tuan bagi Jokowi sekaligus bumerang bagi PDIP.

Kita pun sama-sama tahu bahwa bukan rahasia umum lagi jika pasangan Jokowi-Ahok ini adalah hasil “kerja keras” Prabowo Subianto untuk menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI. Dan inilah yang dijadikan senjata oleh Prabowo untuk “menjatuhkan” Jokowi dan PDIP di Pileg 2014.

Begitu juga dengan pidato kampanye Partai Gerindra oleh Ketua Pembinanya Prabowo Subianto, tidak sungkan-sungkan menohok Jokowi dengan kata-kata “Capres Boneka” dan “pemimpin yang suka mengingkari janji”.

Kata-kata itu sangat sakti bagi masyarakat (bukan hanya kader dan simpatisan) yang mendengar baik secara langsung maupun melalui media (termasuk media sosial). Terlebih masyarakat kelas menengah ke bawah yang barangkali ada yang kurang berpendidikan sehingga menelan mentah-mentah kata-kata tersebut. Bayangkan betapa saktinya kata-kata tersebut bersamaan dengan permasalahan di kota Jakarta yang ruwet (banjir, macet, dll) yang memang menjadi makanan sehari-hari warga Jakarta. Seakan-akan kata-kata tersebut menjadi magnet dan “cuci otak” terhadap masyarakat yang mendengar terhadap sosok Jokowi sang pemimpin Ibukota Jakarta. Dalam hati mereka pasti akan mengatakan, “Iya juga ya, baru satu setengah tahun memimpin Jakarta, koq malah kepengen jadi presiden, ninggalin Jakarta, ninggalin masalah yang belum selesai. Pengkhianat juga tuh Jokowi!” begitul mungkin batin warga masyarakat. Sehingga tidak heran banyak penolakan terhadap Jokowi dengan pencapresannya (mungkin saja ini skenario yang sengaja dibuat oleh pihak-pihak tertentu, dan itu yang dimanfaatkan oleh Prabawo dan Gerindranya).

Masalah “pengkhianatan” Jokowi memimpin Jakarta pun pernah dihembuskan oleh oknum mantan tim sukses Jokowi-Ahok semasa kampanye Pilkada bahkan sempat akan diperkarakan ke pengadilan. Dan setelah ditelusuri ternyata oknum mantan tim sukses tersebut adalah kader Partai Gerindra.

“Pengkhianatan Jokowi” bagaikan bola panas yang bergulir di masyarakat. Setuju nyapres tau menolak nyapres. Dan itulah yang dimanfaatkan dengan baik sekali oleh Prabowo dan kader-kader Partai Gerindra. Ironis memang, padahal pasangan Jokowi, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok adalah kader partai Gerindra.

Begitu juga dengan kata “Capres Boneka” yang menunjuk bahwa Prabowo adalah capres boneka PDIP yang dikhawatirkan akan disetir oleh Megawati dalam melaksanakan tugas sebagai presiden kelak. Namun pameo ini tidak begitu dahsyat jika dibandingkan dengan “Pengkhianatan Jokowi” memimpin Jakarta.

Nasi sudah menjadi bubur. Pemilihan Legislatif sudah berakhir. Kita semua sudah tahu berapa suara yang diraih oleh PDIP, Partai Golkar, dan Partai Gerindra. Sekarang kita tinggal menunggu tahap berikutnya adalah koalisi ketiga partai tersebut untuk meloloskan jagoannya bertarung di Pemilihan Presiden bulan Juli 2014 mendatang.

Apakah hasil koalisi masih memasang Jokowi sebagai jagoan meraih suara terbanyak? Atau malah sebaliknya? Biarlah elit-elit partai bersangkutan yang memikirkan. Rakyat hanya ingin memiliki pemimpin yang lain daripada yang lain, yang benar-benar “fresh from the oven” yang benar-benar mencintai dan dicintai rakyatnya.

Salam Indonesia

(Mohon maaf bila ada yang tersinggung. Ini hanya pengamatan dari saya pribadi yang cinta akan kejujuran, keterbukaan, yang tidak suka kemunafikan).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun