Mohon tunggu...
Tommy TRD
Tommy TRD Mohon Tunggu... Penulis - Just a Writer...

Jumpa juga di @tommytrd

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

Hikmah dari Giorgio Pantano

21 September 2019   14:07 Diperbarui: 21 September 2019   14:11 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://enacademic.com

Konon Nico Rosberg sang juara dunia F1 yang langsung pensiun setelah mendapatkan gelar paling prestisius di ajang balap mobil itu mengidolakannya. Bahkan kabarnya ia memasang poster pembalap Italia itu di kamarnya. 

Tapi siapa Pantano sebenarnya? Bukankah akan lebih masuk akal jika seorang Nico Rosberg memajang poster Alain Prost, Ayrton Senna atau Michael Schumacher yang memang jelas-jelas sudah juara dunia dan mendunia pula ? Kenapa malah memilih Giorgio Pantano ?

Pantano, pembalap kelahiran Italia. Juara dunia GP2 (kasta di bawah F1) tahun 2008. Pada eranya, ia satu-satunya juara dunia GP2 yang tidak melanjutkan karirnya ke F1 pada musim berikutnya. Apakah karena ia tidak cukup bagus? Siapa bilang, dia juara dunia GP2! 

Apakah karena faktor darah  Hei, dia warga negara Italia yang terkenal memiliki banyak pembalap legendaris, baik di roda 2 atau 4. Sebut saja Fangio, Andretti, Rossi, Biaggi, Capirossi. Lalu apa masalahnya ?

Uang ! Berlaga di F1 tidak cukup hanya dengan kemampuan mengemudi yang mendekati level super jenius. Anda harus punya uang. Terserah uang itu dari sponsor atau dari kantong keluarga anda. 

Yang jelas membuka pintu F1 tidak cukup dengan hanya kelihaian anda dalam mengatur ritme gas dan rem serta cornering yang brilian. Dalam kasus Pantano, Ayahnya sampai menjual rumah agar Pantano mendapatkan kesempatan untuk tampil penuh dan membuktikan talentanya di F1. 

Namun nilai uang Ayahnya tidak cukup untuk satu kursi semusim penuh.

Kondisi ini juga yang dulu dihadapi oleh Ananda Mikola dan terakhir Rio Haryanto. Urusan skill, banyak orang mengatakan Mikola lebih hebat dari Alex Yoong yang asal Malaysia itu. 

Pun begitu halnya dengan Rio pada masanya. Tapi jika sudah sampai kepada urusan fulus, Petronas sepertinya lebih kuat dibanding Pertamina. Alhasil gagal lah mereka berdua berlaga maksimal di F1.

Sejatinya kondisi di atas tidak hanya terjadi di lintasan balap saja. Pada banyak profesi lain pun unnecessary requirements kadang lebih dominan daripada aspek utamanya. Napoleon akan mengatakan c'est la vie. 

By the way, saya penggemar berat Fernando Alonso. Bagi saya skillnya jauh di atas Hamilton apalagi Vettel.

Selamat berakhir pekan...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun