Saya diajak ke sebuah pertemuan khusus dengan beberapa teman di Kota Bogor. Karena saya berangkat dari Jakarta, saya biasanya kalau ke Bogor, lebih prefer untuk menggunakan commuter line dibandingkan dengan naik bus.
Yang pertama, jelas lebih murah. Dan yang ke-2, kalau naik bus, kembali dari Bogor sudah malam, tidak ada bus yang langsung ke Tanjung Priok. Harus ke Ciawi, trus ke Kampung Rambutan dan ke Tanjung Priok. Ribet dah.
Kalau naik kereta, saya memarkir kendaraan sepeda motor di Stasiun Kota atau di Stasiun Juanda. Saya melanjutkan naik commuter line. Ini lebih enak bagi saya.
Saya ke Bogor, siang hari dan kembali pada malam hari. Tapi apa yang akan saya tuliskan di sini, kejadian ketika saya kembali.Â
Saya berangkat dari Stasiun Bogor ke Stasiun Juanda. Saya memarkir sepeda motor saya di Stasiun Juanda. Dari Stasiun Bogor mungkin jam 21 lebih sedikit.Â
Berangkat dari Stasiun Bogor, kereta cukup penuh. Tidak ada kursi yang tersedia. Saya harus melintasi ke beberapa gerbong sampai akhirnya mendapat kursi.Â
Sampai di Stasiun Bojonggede, saya yang asyik dengan gadget, kemudian mendengar sebuah suara dari seorang pria di sebelah saya, yang menawarkan kursi kepada seorang ibu.Â
"Ibu duduk di sini saja". Saya kemudian melihat ada seorang bapak yang sudah tua berdiri. Bukan menyombongkan diri, tapi saya langsung menawarkan posisi tempat saya duduk kepada bapak ini.Â
"Bapak duduk di sini saja"Â
Saya pun menoleh ke kanan dan ke kiri serta ke depan saya. Usia saya saat ini sudah 44 tahun. Kalau naik kereta saja sudah dipanggi bapak atau oom. Saya cuma bingung saja, lah kok yang lebih mudah di sebelah saya, tidak mau berdiri dan memberikan kursi kepada orang tua.
Lebih cuek lah gitu. Dan ini bukan cuma di commuter line saja, tapi terjadi juga di Transjakarta. Yang lebih muda ini kalau sudah naik kendaraan umum pura-pura cuek dengan tidur. Padahal belum tentu tidur.