Mohon tunggu...
tole angkasa
tole angkasa Mohon Tunggu... Administrasi - RASIONAL

NAMA: NADA INDRA PRASETIYO ALAMAT: PALEMBANG, SUMATRA SELATAN SETATUS: MAHASISWA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Intelektual dalam Perspektif Filsafat Timur

29 Januari 2020   02:28 Diperbarui: 29 Januari 2020   02:30 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Intelek (buddhi) yang kemudian bertransformasi menjadi "akal budi" merupakan anugrah terindah dari tuhan untuk manusia. Akal budi ini pula yang pada giliranya menjadikan manusia sebagai "animale rational" atau "hayawan nathiq" (makhluk rasional). dalam tutur filsafat india klasik, ciri khas buddhi adalah viveka jnana, yakni kemampuan untuk membedakan mana yang benar mana yang salah, membedakan yang temporer dengan yang abadai, yang fluktuatif dengan yang permanen, yang pluralistik dengan yang monistik.

Manusia menggunakan potensi ini untuk memahami hidup. berjuang mengejar cita-cita yang hendak dicapainya. karena akal budi inilah manusia mengarahkan hidupnya dalam "sinar pengetahuan" roda kehidupan idealnya juga dijalankan dibawah sinar pengetahuan.

Aristoteles dalam bukunya Necomachean ethics mengatakan bahwa kepuasan intelektual adalah kepuasan tertimggi. sementara abraham maslow dalam mengembangkan teori motivasi menempatkan aktualisasi diri (self actualization) sebagai kebutuhan paling tinggi disamping kebutuhan-kebutuhan lainya.

Manusia adalah makhluk yang di bentuk dalam lapisan-lapisan (kosa): lapisan fisik yang melahirka pengetahuan empiris, lapisan rasio yang melahirkan pengetahuan intelektual, lapisan spiritual yang melahirkan pengetahuan agama dan lapisan mistik yang melahirkan pengetahuan tentang metafisikia. demikian diktum filsafat india klasik.

Pengetahuan empiris atau pengetahuan intelektual tidak akan mampu memberikan eksplanasi terhadap hal-hal yang berada dluar cakupnya, oleh karenanya, filsafat india, selain empiris dan intelektual juga bersifat spiritual dan mistik kebutuhan-kebutuhan hidup (purusa artha) dicapai berdasarkan dharma. dharma tidak bertindak sebagai prinsip yang mengarahkan (guiding principles) kehidupan manusia, dimana mengantarkan pada pencapaian punya (kebahagiaan).

Jika chatterjee dan datta mengatakan bahwa filsafat adalah sebuah upaya untuk memeuhi kebahagian, hal ini bukanlah semata-mata kemewahan. lebih dari itu, kebahagiaan adalah kebutuhan. belajar filsafat dengan demikian adalah untuk memenuhi kepuasan intelektual. ALdous Huxley melalui filsafat perenialnya, seperti yang dikutip oleh chattertjee dan data, mengatakan bahwa "manusia hidup sesuai dengan filosofi hiudpanya, konsepnya tentang dunia".

Hal ini benar bagi orang yang paling bodoh sekalipun. tidak mungkin hidup tanpa metafisika pilihan yang diberikan kepada kita, bukan tentang metefisika dan bukan metafisika, melainkan "metafisika yang baik dan metafisika yang buruk". negri-negri berperadapan tinggi di timur seperti persia, china, bharata (india), mesir dan babilona menjadikan metafisika sebagai pondasi dalam membangun peradaban nan adiluhung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun