Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Belajar untuk menulis. Menulis untuk belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tetangga Saya: Dari Teroris, Bandar Narkoba, Hingga PSK

15 Oktober 2022   09:22 Diperbarui: 15 Oktober 2022   14:16 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kehidupan bertetangga (Sumber: KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO)

Lahir dan besar di salah satu pemukiman "Chaos" wilayah Jakarta Timur membuat mental saya cukup tertempa dengan baik dan pikiran saya menjadi terbuka seluas-luasnya.

Kenapa Chaos? Karena semua kekhawatiran tentang issue kejahatan di Indonesia seakan ada di sana. Mulai dari bandar narkoba, budaya hamil di luar nikah, anak-anak putus sekolah, PSK, keberadaan anggota teroris, dan lainnya.

Kami sekeluarga menempati rumah kakek saya di lingkungan padat penduduk. Sebagai anak paling kecil, orang tua saya menempati rumah warisan, yang diwanti-wanti untuk tidak dijual karena menyimpan banyak kenangan masa kecil mama saya dengan kakak-kakaknya.

Saat masih kecil, jelas, saya tidak begitu care dengan lingkungan di mana saya tinggal. Namun saat beranjak remaja, logika saya mulai bekerja, saya melihat banyak sekali hal -- hal yang tidak sesuai dengan yang diajarkan di sekolah maupun di dalam rumah. 

Masih bisa saya ingat dengan baik pesan kakek saya yang berulang-ulang, "Becik ketitik ala ketara" yang artinya bahwa sekecil apapun kebaikan maupun keburukan yang dilakukan suatu saat pasti akan terlihat. Maka dari itu, sudah sepatutnya kita selalu menjaga tingkah laku kapan dan dimanapun berada.

Bermodalkan nasihat itu, saya tetap bergaul dengan para tetangga tanpa pandang usia namun sangat menjaga nama baik kakek dan kedua orang tua saya. 

Dalam hubungan antar manusia, orang-orang di lingkungan ini bisa diacungi jempol karena kepedulian dan tenggang rasa antar sesama. Terlihat jelas saat ada tetangga yang memiliki hajat atau keadaan tertimpa musibah seperti kematian, rasa kekeluargaan begitu terasa yang membuat saya akhirnya menyadari mengapa kakek saya hingga menutup usia tetap bertahan tinggal di sana.

Di tahun 2001 band-band Indonesia dengan genre alternatif sedang ramai-ramainya bermunculan di televisi, hal itu cukup memacu adrenalin anak-anak remaja yang menyukai musik untuk membawakan lagu-lagu mereka pada acara-acara pentas seni yang diadakan di lingkungan sekolah juga tempat tinggalnya, tidak terkecuali saya. 

Ketua Rukun Warga di lingkungan kami kebetulan sangat mengapresiasi minat para remaja yang ingin menampilkan kemampuan bermusik mereka. 

Acara malam pentas seni setiap perayaan HUT Kemerdekaan -yang biasanya hanya pembacaan puisi dan tarian-tarian daerah/modern- sedikit ada peningkatan, yaitu dengan menyediakan satu set alat band untuk yang ingin tampil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun