Gus Dur, presiden keempat Indonesia, merupakan seseorang yang humoris dan intelektual. Dalam forum-forum resmi, beliau sering kali memberikan anekdot setelah berpidato. Anekdot yang disampaikan oleh Gus Dur bertujuan untuk memberikan kritik terhadap suatu hal yang kurang baik. Namun, anekdot-anekdot yang disampaikannya sering kali menimbulkan kontroversi yang tidak diinginkannya.
Gus Dur, seorang tokoh Muslim Indonesia yang juga aktif dalam perpolitikan, HAM, dan toleransi agama, menarik perhatian dengan cerita anekdotnya yang lucu. Anekdot-anekdot tersebut digunakan sebagai pelengkap pidato, presentasi, atau ceramah untuk menjelaskan konsep atau situasi dengan cara yang lebih menarik dan mudah diingat. Namun, terkadang pesan-pesan Gus Dur juga menimbulkan kontroversi, meskipun ia berusaha menyampaikan pesan kebaikan. Salah pemahaman dan penyalahgunaan terhadap anekdot-anekdotnya dapat menyebabkan persepsi negatif di masyarakat.
Teks anekdot adalah teks yang berisi cerita pendek yang mengandung unsur humor atau sindiran terhadap sesuatu. Cerita yang disampaikan dalam teks anekdot biasanya berdasarkan pengalaman pribadi atau peristiwa yang pernah terjadi, tapi dibawa dengan gaya bahasa yang ringan dan menghibur. Tujuan dari teks anekdot adalah untuk menghibur pembaca atau pendengar, serta menyampaikan pesan atau kritik secara tidak langsung. Oleh karena itu, teks anekdot sering digunakan dalam berbagai konteks, seperti dalam pidato, ceramah, presentasi, atau bahkan dalam percakapan sehari-hari.
Kritik dalam bentuk guyonan seharusnya digunakan untuk merefleksikan dan memperbaiki keadaan, bukan untuk memicu emosi berlebihan dan prasangka tak berkesudahan. Dengan pemahaman yang tepat, anekdot dan guyonan dapat menjadi alat yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan penting secara santai namun bermakna.in tersebut yang sangat membantu dirinya dia sendiri salah satu teks anekdot sebagai berikut:
SESUDAH DISUNTING
"Uang makan"
Suatu hari ada Albert yang sedang mengendarai motornya, tetapi Ia lupa bahwa motornya itu plat nomor ganjil dan hari itu adalah tanggal genap. Ketika Albert ingin melewati Jalan Harmoni tiba-tiba Albert diberhentikan oleh seorang polisi.
Polisi: "Permisi pak, bolehkah saya minta SIM dan STNKnya?"
Albert: "Oh ya Pak, sebentar ya."
Albert kemudian mengeluarkan SIM, STNK, dan uang Rp 50.000,00.
Albert: "Ini ya pak SIM, STNK, dan ada sedikit berkah untuk bapak dan untuk saya juga pak."
Polisi: "Loh apa ini?" (sembari melihat uangnya) Albert: "Ini pelicin saja pak"
Lalu Albert menyalakan mesin motornya kembali lalu memakai helmnya, tiba-tiba pak polisi itu menepuk pundak Albert.
Polisi: "Mohon maaf tapi kalau uang sebanyak ini kurang sedikit untuk makan enak."
Lalu Albert memberikan tambahan uang Rp 50.000,00 kepada pak polisi tersebut.
Polisi: "Nah kalau begini akan sama sama enak, terima kasih ya Pak."
Albert: "Oh iya sama-sama Pak."
Hal yang menarik dari anekdot ini adalah bagaimana kedua teman mengambil kesimpulan yang lucu dan menghibur dari isu yang sebenarnya serius, yaitu penyuapan di Indonesia. Anekdot ini juga menunjukkan seberapa buruknya penyuapan kepada polisi di Indonesia dan harus segera hilang karena dampaknya yang merusak tata kelola pemerintahan, merugikan masyarakat, menghambat pertumbuhan ekonomi, dan menghalangi penegakan hukum yang adil. Meskipun anekdot ini bersifat humoris, pesan moral yang dapat diambil adalah penyuapan di Indonesia harus segera hilang karena merusak integritas, merugikan negara, dan menghambat pembangunan.
Fungsi utama teks anekdot adalah menghibur. Teks anekdot mengandung cerita lucu atau menggelitik yang bertujuan membuat orang tertawa atau merasa senang, dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan moral atau pelajaran secara tidak langsung. Karena sifatnya yang ringan dan menghibur, teks anekdot banyak digunakan dalam acara komedi atau sebagai bahan presentasi yang menyenangkan.
JAP/20
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H