Agar Apa Yang Diucapkan Sungguh Keluar Dari Lubuk Hati Terdalam
Formalitas dalam berkomunikasi adalah: "Salam hormat" atau "Salam hangat". Dalam menyampaikan sepatah kata sebagai pembukaan, biasanya selalu diawali dengan kalimat: "Bapak ibu yang saya hormati", yang kalau dalam bahasa Inggris, disebutkan: "Ladies and gentlemen". Karena dalam tradisi barat: "Lady the first", yakni wanita didahulukan. Tetapi dalam forum komunikasi yang lebih akrab, kata: "Yang saya hormati" dapat ditransformasikan menjadi: "Bapak dan ibu yang saya sayangi atau saya cintai".
Kalaulah ucapan hanya sebatas basa basi, tentu saja semudah membalik telapak tangan. Apalah susahnya, mengemas kalimat dengan kata kata yang menawan hati, seperti: "Bapak dan ibu yang saya kasihi" atau "Saudara saudara yang saya sayangi".
Tetapi agar kalimat ini tidak hanya sebatas formalitas dan enak  didengar, melainkan terbit dari lubuk hati terdalam, maka dibutuhkan waktu bertahun tahun ,untuk menjelahi hati nurani. Melakukan jelajah hati atau disebut dalam bahasa keminggris minggrisan: "Self talk", untuk menelaah, benarkah saya mampu menyayangi orang lain, yang bahkan bertemu face to face saja belum pernah?
Persahabatan adalah Kontak Batin
Jalinan persahabatan adalah antara dua hati, karena itu walaupun belum pernah ketemu face to face, tetapi saling berkomunikasi dan saling berkomentar, telah membentuk jaringan komunikasi antara hati ke hati. Â
Bila energi bersinergi dengan sosok yang dikomentari, maka tanpa ada paksaan apapun, dengan tulus hati kita mampu menuliskan: "Ananda Ari Budiyanti yang Ayahanda sayangi" atau "Hera Veronica yang Opa dan Oma sayangi sepenuh hati", Ananda Siska Dewi yang  kami sayangi" serta "Ananda Ayra Amirah tersayang " dan seterusnya. Karena tidak mungkin menuliskan semua nama di sini, maka nama nama yang disebutkan di sini hanya sebagian kecil dari sahabat sesama Penulis, yang karena faktor usia dan kedekatan, kami panggil dengan sebutan: "Ananda yang kami sayangi".
Tentu saja tulisan ini bukanlah bermaksud mengecilkan sahabat Kompasiana yang memanggil dengan sebutan: "Bapak ibu/Om tante/ mande dan apak/Eyang/Uda dan Uni/ dan sebagainya.Â
Yang agak risih adalah komentar yang sama sekali tidak mengunakan sebutan apapun. bukan karena gila hormat, tapi sebagai sesama Penulis di Kompasiana, maka tentu saja sangat wajar kita saling menghargai dan menghormati. Janganlah akibat mengejar setoran, kita sampai melupakan kesantunan dalam berkomunikasi.Â
Membuktikan Bahwa "Bukan Omong Kosong"Â