Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bukan Kepintaran, Melainkan Tekad yang Mengantarkan Orang Meraih Sukses

2 Juni 2022   10:19 Diperbarui: 2 Juni 2022   10:28 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: freepix.com /kompas.com

Buktinya? Jutaan Sarjana Menganggur !

Per Agustus 2022, angka pengangguran menjadi 7,07 persen atau bertambah 2,89 juta orang yang menganggur menjadi 9,77 juta orang. Tingkat pengangguran ini merupakan yang tertinggi selama satu dekade terakhir.(sumber)

Ada Sejuta Alasan Orang Tidak Berkerja, antara lain:

  • susah mencari pekerjaan yang sesuai ijazah
  • gaji tidak cocok dengan ijazah yang disandang
  • gengsi dong,masa sarjana kerja cuci mobil ?
  • mau usaha ,modal nggak punya
  • susah ,tidak ada koneksi 
  • mau cari kerja yang sesuai passion 
  • tidak bekerja ,ada orang tua yang kasih belanja
  • dan seterusnya dan seterusnya

Bagaikan lagu lama yang terus diputar ulang, kisah sarjana menganggur sudah bukan lagi lagu baru, tapi lagu usang yang agaknya dilestarikan. Padahal dari sejuta alasan yang dikedepankan, satu penyebab sesungguhnya adalah: "tidak punya tekad untuk maju" Karena tanpa bekerja juga tetap dapat tinggal dan makan gratis di rumah orang tua. Dan bila sudah menikah, ada mertua yang bakalan membiayai hidupnya. 

Orang Berada, Anaknya Kuliah sambil kerja? Wuih, malu-maluin!

Begitulah yang selama ini sama-sama kita saksikan, bahwa bilamana orang tua termasuk "orang berada, maka tabu bagi anak kuliah sambil kerja" Padahal sesungguhnya hal ini sama sekali tidak mendidik bahkan menjerumuskan anak-anak ke dalam kondisi memanjakan anak, tidak pada tempatnya. Yang semakin memperlemah semangat juang bagi anak-anak, walaupun sesungguhnya usia lulus sarjana sudah bukan lagi anak-anak, tapi sudah menjadi orang dewasa, yang sudah seharusnya bertanggung jawab, setidaknya atas dirinya sendiri.

Di Australia, sejak SMA anak-anak sudah bekerja

Di Australia, sejak dari SMA semua anak-anak sudah dibiasakan bekerja paruh waktu. Menurut aturan yang ada, diizinkan kerja secara resmi maksimal 20 jam dalam seminggu, berarti sekitar 3 jam sehari. Bisa kerja di Mall, toko roti ataupun di berbagai gerai restoran Cepat Saji. Tidak menjadi masalah, orang tuanya adalah termasuk orang berada, bahkan mungkin kaya. Karena membiarkan anak anak bekerja adalah  mempersiapkan anak anak,agar siap mental menghadapi hidup mandiri. 

Hal ini berlaku untuk semua cucu-cucu kami yang ada di Australia. Misalnya Dea, yang lulus Master of Degree di bidang management. Seminggu usai di wisuda, langsung diterima bekerja di salah satu bank. Begitu juga cucu kami di Wollongong, masih kuliah, keduanya bekerja partimer, demi untuk mempersiapkan mereka menjadi manusia mandiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun