Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasih Itu Tanpa Sekat dan Pagar Pembatas

25 Desember 2021   08:45 Diperbarui: 25 Desember 2021   09:30 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Memaknai Pesan Natal Dengan Hati 

Setiap orang tentu saya bebas menginterprestasikan Natal secara pribadi. Mungkin ada yang begitu mendengar kata "Natal" sudah terbayang bakalan ada acara penuh suka cita dengan teman teman. Saling bertukar kado dan makan enak direstoran dan menyanyikan lagu "Silent night ...holly night" dengan ceria sebagai petanda ikut bersuka cita menyambut perayaan Natal. Tentu saja hal ini merupakan sesuatu yang wajar bilamana memang kondisi keuangan mengizinkan untuk merayakan Natal dengan berbagai acara. Tetapi ada pesan moral Natal yang tentu saja jangan sampai terabaikan yakni tentang "Kasih dan hidup berbagi". Tulisan ini bukan dalam upaya menggurui siapapun,karena secara pribadi,saya mengacu pada prinsip:"Hidup adalah proses pembelajaran diri tanpa akhir" Yang dalam bahasa keminggrisan tertulis :"Learn from the cradle to the grave" Belajar sejak dibuiaian,hingga keliang lahat .

Di saat kita duduk menikmati makan enak di restoran yang mungkin harga satu porsinya dapat menghidupkan satu keluarga dalam seminggu, di luar sana ada banyak orang yang merindukan sebungkus mie instant untuk dapat ikut merayakan Natal bersama keluarga. Dan kami sudah melakoni hidup semacam ini selama kurun waktu tujuh tahun lamanya.

tanah-kongsi-1-61c6779906310e4d4c576ef6.jpg
tanah-kongsi-1-61c6779906310e4d4c576ef6.jpg

dokumentasi pribadi/dulu kami tinggal disini selama 7 tahun

Papa Mama Ada Kue Natal?

Saat putra pertama kami yang waktu itu belum genap 4 tahun bertanya pada hari Natal dengan pertanyaan lugu dan kalimat sederhana "Papa mama ada kue Natal?" Maka saya dan isteri tidak mampu menahan jatuhnya air mata membasahi lantai kumuh di mana kami tinggal. Setiap kali hari Natal tiba, pertanyaan yang sama disampaikan oleh putra kami dan seakan sebuah drama yang sudah dirancang, kami berdua tidak mampu menahan air mata.  Tapi karena kisah ini mungkin sudah pernah saya atau isteri saya yang menceritakan, maka rasanya tidak perlu diceritakan ulang, seakan-akan ingin mendapatkan simpati dari Para Pembaca. Cuplikan ini hanya melukiskan latar belakang, mengapa kelak setelah nasib berubah dan dapat hidup layak, kami tidak akan tega menolak siapapun yang membutuhkan uluran tangan, sesuai kemampuan. 

Setiap tahun, putra kami menitip sesuatu untuk kami bagikan ke kampung halaman bukan hanya semata untuk sanak keluarga, tapi juga saudara yang berbeda suku dan agama. Kami tidak pernah bercerita tentang Yesus kepada mereka tapi kami melakukan pesan Natal yakni "Kasih itu tanpa sekat dan tanpa pagar".

rumah-makan-bernama-61c682129bdc40025c3099b2.jpg
rumah-makan-bernama-61c682129bdc40025c3099b2.jpg
ket.foto: keluarga besar kami di Padang /dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun