Tapi Sekaligus Memikul Tanggung Jawab MoralÂ
Orang tua dianggap sudah kenyang makan asam garam kehidupan. Karena itu banyak orang yang beranggapan bahwa orang tua adalah sosok yang tahu jawaban atas semua masalah kehidupan. Apalagi ,setelah saya dan isteri malang melintang menjelajahi lebih dari  100 kota dari Sabang hingga Merauke dan mendapatkan panggilan kehormatan sebagai :"Grand Master Reiki" .Â
Sejak masa itu, saya dianggap sebagai manusia setengah dewa,yang tahu segala galanya. Â Padahal awalnya,hanya fokus pada tekhnik terapi diri dengan memanfaatkan energi alam yang dikenal dengan istilah Reiki. Tapi lama kelamaan,tanpa ada yang mengangkat , saya sudah bertugas sebagai Konsulan ,walaupun tidak ada yang mengangkat saya menjadi Konsultan ,termasuk hingga kemasalah pribadi.Â
Menjadi tumpuan harapan dan tempat bertanya orang banyak,sepintas seakan merupakan sebuah kebanggaan diri,bahwa diri kita dibutuhkan begitu banyak orang. Tetapi ternyata dalam perjalanan hidup, tidak jarang menyisakan rasa penyesalan mendalamÂ
Salah Satu Contoh
Panggilan "Ayah " Opa "bahkan :"papa" sudah sejak dulu merupakan panggilan orang orang yang merasa dekat secara pribadi. Mungkin menganggap saya sebagai penganti kakeknya atau pengganti orang tua mereka. Â
Suatu waktu Dilla ,mengirim pesan kepada saya :" Ayahanda yang Dilla sayangi , Dilla mau minta saran dari ayah.  Kalau tidak ada aral melintang,rencana tahun ini,Dilla akan menikah dengan Bram yang sudah pernah Dilla kenalkan kepada Ayahanda dan Bunda  . Yang menjadi beban Dilla adalah masalah gangguan kesehatan yang Dilla derita . Apakah sebaiknya Dilla diamkan atau menceritakan secara terus terang kepada Bram?"Â
Saya terdiam,bukan karena tidak tahu jawabannya,tapi memikirkan akibatnya. Menurut dokter Dilla positif Lupus.Sepintas tampak Dilla adalah gadis yang sehat ,tapi sewaktu waktu ia bisa drop . Tapi disanggah dengan minum obat obatan ,disamping dibantu dengan terapi dengan tekhnik reiki,akhirnya Dilla  mampu menyelesaikan kuliahnya hingga lulus Sarjana EkonomiÂ
Kalau saya katakan :" Jangan diberitahu,berarti sebagai orang tua,saya mengajarkan Dilla untuk berbohong. Â Tapi kalau Dilla secara jujur menceritakan bahwa dirinya terkena Lupus,apakah Bram masih tetap ingin melanjutkan rencana pernikahan mereka? Kalau Bram malahan kaget dan membatalkan pernikahan mereka ,apa jadinya dengan Dilla?Â
Maka saya kirimkan pesan ke Dilla:"Ananda Dilla.mohon maaf Ayahanda hanya dapat memberikan saran ,tapi yang memutuskan adalah ananda Dilla. Begini,Kalau Dilla mendiamkan dan kelak setelah menikah ,ketahuan bahwa ternyata Dilla terkena lupus,maka bukankah Bram merasa bahwa dirinya didustai ? Â Tapi kalau Dilla berterus terang kepada Bram,apakah ia masih tetap mau melangsungkan pernikahan ? Kalau Bram menolak, apakah Dilla siap mental menerima penolakan?"