Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sepotong Khotbah yang Masuk Lewat Jendela

28 April 2021   18:52 Diperbarui: 28 April 2021   19:02 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masdjid Akbar yang dijepret dari kamar apartement di Kemayoran jakarta pusat/dokumentasi pribadi

Tentang Takdir

Sewaktu kami masih tinggal di unit Mediteranean Boulevard di lantai 27 ,begitu membuka jendela kamar.maka didepan tampak Masjid Akbar yang megah. Biasanya ,seluruh jendela saya biarkan terkunci,karena disamping mencegah debu jangan sampai masuk,sekaligus mengurangi bunyi bajay yang brisik. Suatu waktu di bulan puasa,subuh saya terbangun dan karena tetiba aliran listrik terputus and air condiion tidak menyala lagi. Karena merasa pengap,maka saya buka jendela. Karena masih subuh dan belum ada kendaraan yang lewat,maka suara orang berkotbah,sayup sayup menyelusup masuk lewat jendela apartement yang saya biarkan terbuka. Karena masih mengantuk,saya tidak begitu memperhatikan. Tapi saat sebuah kalimat masuk ketelinga saya ,tentang :"takdir" .saya tidak jadi melanjutkan untuk tidur. 

Saya duduk dan mendengarkan dengan seksama, walaupun saya bukan beragama Islam. Intinya adalah bahwa :"Tidak seorangpun di dunia ini yang mampu melawan takdir" Manusia dengan segala kecerdasan dan kehebatannya boleh saja merencanakan sesuatu yang dianggapnya sempurna,tapi dikala takdir menentukan lain,maka semua rencana menjadi tidak berarti. 

Menjadi Refleksi Diri

Saya terpana. Ingat akan rencana awal,kami menyekolahkan ketiga anak kami dengan harapan,setelah selesai kuliah mereka akan kembali ke Padang dan kami bisa tinggal bersama sama. Bahkan disamping rumah kami di jalan Bunda I/6 A,Ulak karang,kami juga sudah membeli 3 unit rumah lainnya dikomplek yang sama. Rencananya,kelak bila ketiga anak kami sudah selesai kuliah dan menikah.mereka dapat menempati masing masing sebuah rumah yang sudah kami persiapkan.

Tetapi ternyata,rencana tinggal rencana,karena setelah selesai kuliah dan ketiga anak kami berkeluarga.jangankan tinggal dalam satu komplek, yang terjadi justru bertolak belakang dengan rencana dan harapan kami. Putra pertama kami tinggal di Perth.,Putri kami tinggal di New South Wales  putra kedua kami tinggal di Jakarta. 

Ternyata memang benar, manusia boleh saja membuat rencana yang muluk muluk,tapi saat takdir menentukan lain,maka semua rencana semula menjadi tidak berarti sama sekali . Satu satunya cara adalah menerima takdir dengan berlapang  dada.

Putri kami entah sudah berapa kali menelpon dan bertanya :" Papa mama kapan mau datang kesini? Sudah lebih satu tahun kita tidak bertemu. Saya sudah uruskan G2G pass untuk papa dan mama. " Ternyata ketika kami sudah memutuskan untuk berangkat ke Wollongong, ternyata Perth di lockdown lagi . Begitu juga putra kami di Jakarta bertanya:" Kapan papa mama mau kembali ?" Rasanya sedih banget,mau bertemu anak cucu saja tidak bisa,tapi kembali saya ingat akan kalimat :"Tak seorangpun didunia ini yang dapat melawan takdir". 

Satu kalimat yang menyelusup  lewat jendela dan telah terparteri dalam dilubuk hati saya yang terdalam:"tak seorangpun dapat melawan takdir"

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun