Jangan Lupa  Suatu Waktu Kita Semua Akan Menua
Membaca judul tulisan ini,boleh jadi sebagian dari orang yang membaca ,akan tertawa geli,karena menganggap bahwa urusan Opa dan Oma itu,sama sekali tidak ada urusannya dengan diri mereka. Mungkin rata rata para pembaca yang aktif di Kompasiana adalah kaum muda mileneal yang berusia sekitar 25 - 30 tahun. Sehingga mendengarkan kata :"Opa dan Oma" merasa geli.Â
Padahal waktu itu berjalan begitu cepat. Anak anak yang dulu sering kita gendong,tetiba sudah menjadi mahasiswa. Orang yang dulu muda dan ganteng,tanpa terasa rambutnya mengalami musim gugur .Begitu juga gigi yang biasanya setia berada di pos masing masing,tanpa pamitan,tetiba sudah resign dari posisinya dan tidak pernah kembali lagi. Baru sadar,bahwa kita sudah menua.
Nah,bayangkan,suatu waktu berkunjung kerumah anak ,begitu pintu pagar di ketok,cucu tampak berlari dari dalam rumah dan berteriak :"Opa dan Oma datang dan langsung memeluk kita " Rasanya bahagia banget . Dan sambil menggandeng tangan kita,cucu mengajak masuk kedalam rumah.
Beda Bila Cucu Lari Kedalam
Hal yang sangat berbeda adalah saat Opa dan Oma berkunjung kerumah anaknya, begitu pintu pagar dibuka dan Opa Oma berjalan masuk.tetiba cucu yang lagi bermain dipekarangan berlari. Tapi bukan berlari memeluk Opa Oma ,melainkan lari kedalam dan berteriak :"Mamiii.. tuh Opa dan Oma datang lagi,pasti mau minjam uang lagi!" Mungkin orang akan buru buru menjustice:"anak tidak berbakti " atau "anak si  Malin Kundang" Padahal belum tentu anak bersalah. Boleh jadi setiap hari mereka menyaksikan papa mamanya kerja keras dari pagi hingga malam untuk menutupi biaya hidup. Eee enak saja setiap bulan Opa dan Oma ,datang dan " minjam uang"
Coba bayangkan,bagaimana rasa hati kita sebagai Opa dan Oma,bila hal ini terjadi atas diri kita? Ini bukan khayalan dan juga bukan bagian dari kisah sinetron,melainkan kisah hidup nyata,yang dialami oleh banyak orang. Â Dan apa yang terjadi atas diri orang lain,bukan tidak mungkin terjadi juga pada diri kita, bila tidak mau mempersiapkan diri sedini mungkin
Langkah Mempersiapkan Diri: "Move on" dari Cara Berpikir Tempo Doeloe
Rata rata cara berpikir orang tua tempo doeloe adalah bahwa: "anak anak adalah investasi hidup bagi orang tua" Sehingga orang tua, mau menjual sawah, toko dan semua barang berharga demi menyekolahkan anak anak. Dengan  prinsip, bahwa "anak anak berhutang " pada orang tua, yang kelak bila mereka sudah dewasa dan orang tua sudah tidak bisa bekerja lagi,maka tibalah saatnya anak anak "mencicil hutang " pada orang tua ,setiap bulannya . Prinsip semacam ini sudah lama tidak lagi up to date. Orang tua membesarkan dan menyekolahkan anak anak adalah tugas dan kewajiban dari setiap orang tua . Anak anak bukanlah Investasi bernyawa bagi para orang tua.Â
Bila Anak Anak Memberikan Sesuatu Pada Kita Tanpa Diminta Akan Jauh Lebih Bernilai
Kami tidak pernah meminta pada anak anak kami ,tapi alangkah bersyukurnya kami kepada Tuhan, ketiga anak anak kami,sesuai dengan kemampuan diri masing masing,selalu peduli kepada kami sebagai orang tua  mereka. Dan setiap kali kami bertemu dengan cucu cucu,selalu disambut dengan pelukan hangat,padahal kedua tangan kami tidak membawa oleh oleh apapun.