Dalam  Kunjungan ke Puluhan Gereja di Seluruh Nusantara
Dalam hal ritual ,dapat dikatakan semuanya berlaku secara merata dimanapun kita menghadiri Misa. Walaupun nyanyiannya mungkin berbeda irama bahkan berbeda bahasa ,tidak menjadi masalah,karena seluruh rangkaian acara hingga ditutup  dengan memberikan berkat penutup adalah sama  Yang tampak berbeda adalah dalam cara pendekatan antara Imam yang memimpin Misa dengan umat yang hadir di gereja
Saya dan isteri sudah mengunjungi hampir seluruh gereja ,baik selama di Wollongong,maupun sejak tinggal di Perth.. Menyaksikan setiap kali Misa selesai Pastor berdiri didepan pint keluar untuk menyalami umat satu persatu. Kecuali pada waktu covid ,hanya saling mengucapkan Selamat Pagi dan Tuhan memberkati. Dan secara berkala diadakan semacam "Morning Tea" yang diselenggarakan oleh komunitas yang ada pada setiap Paroki
Seluruh kue kue atau makanan ,serta minuman dibawa oleh Voluntir  dan tidak ada keharusan apapun. Kue kue ini dipersiapkan dimeja makan hingga semua orang dapat menikmatinya dengan bebas  Acara "morning tea" ini hanya berlangsung selama lebih kurang setengah jam. Memberikan kesempatan kepada umat,untuk saling mengenal .Dan sehabis ngobrol masing masing pulang kerumah masing masing  dan sekaligus meciptakan hubungan batin dengan Pastor dan sesama umat
Tulisan ini tentu bukanlah dimksudkan agar Pastor di Indonesia,harus meniru gaya dan cara Pastor di Italia,karena beda negara beda pula tradisinya  Melainkan sebagasi sebuah masukan.Seandainya hal ini dianggap baik bagi hubungan antar sesama umat dan hubungan dengan Pastor,maka tentu saja tidak ada salahnya ,untuk dicontoh
Tjiptadinata Effendi