Pernyataan yang Tegas dan Tidak Mendua
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengutuk keras aksi pengeboman yang diduga dilakukan oleh seseorang di kompleks Gereja Katedral, Jalan Kartini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021) pagi. Menag menilai, aksi ini sebagai tindakan keji yang menodai ketenangan hidup bermasyarakat dan jauh dari ajaran agama. Sumber: tribunnews.com.
Salut kepada Menteri Agama yang secara arif dan bijaksana menempatkan diri sebagai seorang pemimpin. Kalimat "Mengutuk keras aksi pengeboman dan menilai aksi in sebagai tindakan keji" sudah cukup untuk meredakan suasana, walaupun jelas kedukaan korban dan keluarganya tidak semudah itu bisa dipupus. Tapi setidaknya, Menag sudah menunjukkan kualitasnya sebagai seorang pemimpin yang mampu mengayomi masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai latar suku bangsa dan agama.
Bukan Satu-satunya Ungkapan yang Tegas dan Jantan
Pernyataan dari Menag ini tentu bukan satu-satunya pernyataan yang tegas dan dapat dikatakan sebagai pernyataan "jantan", yakni "menolak dengan tegas karena tindakan tersebut adalah tindakan keji titik. Tapi tentu tidak perlu semuanya dikutip satu persatu untuk ditayangkan di sini.
Yang membuat kita lega adalah tidak ada lagi pernyataan yang tidak jelas jantan betinanya, seperti yang selama ini sering kita baca dan dengarkan, yakni "Tindakan melakukan pengemboman bunuh diri sungguh merupakan hal tidak terpuji dan tidak dapat ditolerir oleh agama manapun". Kalimat yang membuat kita harus menerka-nerka ke mana arah pernyataan semacam ini.
Indonesia Berduka
Yang berduka dalam aksi bunuh diri ini sesungguhnya bukan hanya keluarga korban atau pihak komunitas Gereja Kathedral Makassar, tapi seluruh bangsa Indonesia.Â
Karena sebagai satu bangsa dan satu negara, kita adalah satu keluarga besar. Dan sebagai keluarga besar, bila ada yang menjadi korban tentu yang berduka bukan hanya keluarga yang bersangkutan, tapi seyogyanya kita semuanya, yakni Indonesia Berduka. Karena semua korban adalah saudara kita sebangsa dan setanah air, bukankah begitu?
Tjiptadinata Effendi